Tari Remo – Pernah menonton pertunjukan Ludruk? Sebuah seni pertunjukan mirip teater yang asli dari Jawa Timur. Dalam mengawali pertunjukan Ludruk, ada sebuah tarian pembuka yang kerap kali ditampilkan, namanya Tari Remo.
Sejatinya, tari Remo ini merupakan sebuah tarian khas daerah yang dipertunjukkan ketika menyambut tamu. Dalam setiap pertunjukan tarian.
Bisa dilakukan oleh seorang penari saja atau dalam sistem berkelompok. Tarian ini ditarikan oleh penari perempuan atau penari laki-laki yang didandani layaknya penari perempuan.
Asal Tari Remo
Seperti yang sudah bisa ditebak, kerap digunakan sebagai pembuka pertunjukan Ludruk yang asli Jawa Timur, Remo berasal dari provinsi di sisi timur Pulau Jawa. Lebih tepatnya dari daerah Jombang, sebuah kabupaten yang terletak di sisi barat daya Kota Surabaya.
Nama tari ini sendiri merupakan akronim dari kalimat Reog Cak Mo yang artinya Reog milik Cak Mo. Disebut ‘Reog milik’ karena gerakan tarian mirip seperti tarian Reog Ponorogo. Sementara Cak Mo adalah nama dari penari yang menciptakan tarian ini.
Ketika musim kemarau panjang terjadi, Cak Mo pun mencoba mencari alternatif pemasukan lain. Karena sebelumnya pernah berprofesi sebagai seorang Gemblak dari salah satu grup Reog Ponorogo, Cak Mo memiliki keahlian menari dan itu yang dimanfaatkan.
Cak Mo dan istrinya berkeliling dari kampung ke kampung menggelar pertunjukan. Dengan mengenakan kostum ala Jathilan tanpa kuda dari anyaman bambu, Cak Mo menari dengan diiringi musik yang dimainkan istrinya.
Dalam pertunjukan tari yang dilakukan, Cak Mo menggabungkan antara gerakan khas Warok, Tayub, dan Jathilan. Terkadang, ia juga menyanyikan tembang, kidung, serta parikan atau pantun Jawa.
Setelah cukup dikenal di daerah Jombang, pasangan suami istri ini kemudian diundang untuk bergabung dengan kelompok Ludruk yang ada di Surabaya. Keduanya diminta untuk menjadi pembuka dalam setiap pertunjukan Ludruk yang akan dipentaskan.
Awalnya tarian ini justru hanya dipentaskan oleh penari laki-laki. Hal ini dikarenakan cerita dari tarian yang dibawakan biasanya merupakan kisah-kisah ksatria yang membutuhkan sisi maskulinitas.
Baca Juga: Tari Remong
Sejarah Tari Remo
Diperkirakan Remo muncul sekitar tahun 1920-an, kemudian dibawa ke Surabaya sekitar 1 dekade kemudian. Sebagai sebuah tarian, Remo termasuk yang tidak memiliki karakter jelas.
Apalagi tarian ini awalnya lebih mengarah ke sisi religius, namun kemudian bergeser sebagai sebuah hiburan rakyat. Meski demikian, ketika memasuki era pergerakan.
Cerita yang ditampilkan dalam tarian Remo dan kisah yang diangkat untuk Ludruk pun ikut bergeser. Cerita-cerita tentang ksatria dan cerita kepahlawanan sering diangkat sebagai pesan moral kepada rakyat.
Walaupun diawali sebagai sebuah tarian untuk pembuka Ludruk, dalam perkembangannya Remo juga kemudian dipertunjukkan di kesempatan lain.
Misalnya saja ketika menyambut tamu penting maupun tamu-tamu kenegaraan. Tak hanya itu saja, Remo juga sering dipentaskan di momen dan festival kesenian daerah sebagai salah satu langkah pelestariannya.
Tarian ini pun semakin berkembang dan tidak hanya eksklusif untuk penari laki-laki saja. Kini banyak pula penari perempuan yang menarikan Remo.
Hanya saja, jika Remo Putri yang ditampilkan, kostum yang dikenakan juga akan mengalami penyesuaian yang sedikit berbeda dengan kostum aslinya.
Properti dan Kelengkapan Tari Remo
Dalam pertunjukan Remo, tidak ada properti khusus yang harus digunakan. Meskipun demikian, ada kecenderungan pakaian dan alat musik yang digunakan mirip dalam setiap pertunjukan. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut:
1. Pakaian
Pakaian yang dikenakan penari dalam pertunjukan Remo umumnya adalah baju atasan, kain batik, sampur, celana, rompi, dan penutup kepala.
Hanya saja, ada sedikit perbedaan gaya pakaian penari Remo ini, tergantung dari mana asal penari dan jenis tari yang ditampilkannya tersebut.
Gaya busana yang paling umum adalah Gaya Surabayan yang mengadopsi pakaian ala prajurit kerajaan di abad ke-18. Celana yang panjangnya hanya sampai bagian tengah betis dengan pengait jarum emas dan sarung batik yang menjuntai. Baju atasan yang dipakai berwarna hitam dan berlengan panjang.
Kemudian sebagai pengikat bagian pinggang, penari memakai stagen dengan keris di belakangnya. Ada 2 sampur yang dipakai penari, satu untuk diikatkan di pinggang dan satunya lagi untuk disampirkan di bahu.
Masing-masing ujung sampur dipegang dalam setiap tangan penari. Kemudian, penari juga mengenakan gelang kaki berlonceng.
Selain gaya Surabayan tersebut, ada beberapa gaya berpakaian lainnya sesuai daerah asal penari. Berikut penjelasannya:
- Gaya Sawunggaling yang secara keseluruhan memiliki persamaan tampilan dengan gaya Surabayan. Bedanya adalah kemeja hitam diganti dengan kaos putih lengan panjang.
- Gaya Malangan juga masih sangat mirip dengan gaya Surabayan. Akan tetapi, panjang celana mencapai hingga mata kaki dan tidak ada jarum emas yang disematkan.
- Ada pula gaya Jombangan, yang mirip dengan gaya Sawunggaling. Di sini, penari tidak mengenakan kaos, tetapi memakai rompi.
Sementara itu, jika Remo Putri yang ditampilkan, maka penari akan mengenakan pakaian yang berbeda dengan yang dijelaskan di atas. Rambut penari akan disanggul dan di bagian dada ditutupi dengan mekak berwarna hitam.
Untuk bagian pinggang sampai lutut, akan ditutup dengan rapak. Sementara sampurnya, hanya ada 1 saja dan disematkan di bagian bahu.
2. Riasan Wajah
Untuk riasan wajah penari Remo, pasti akan menggunakan makeup tebal. Hal yang paling bisa dikenali adalah alis penari dibuat tebal dan digambarkan bercabang.
Kemudian di kedua pipinya akan diberi blush tebal sampai warna merahnya jelas. Dikarenakan merupakan jenis tarian dengan tema ksatria.
Maka biasanya wajah penari juga akan digambari alis dan jambang agar terkesan gagah. Dengan begitu, konsep dari setiap gerakan dan maksud pertunjukan Remo pun akan bisa tersampaikan kepada penonton.
3. Alat Musik dan Irama
Setiap tarian pasti memiliki iringan musik, termasuk pada tarian tradisional seperti Remo ini. Alat musik yang dimainkan untuk mengiringi dalam setiap pertunjukan Remo adalah gamelan.
Jenis alat musiknya sendiri pun beragam, mulai dari gong, kempul, seruling, kenong, bonang, saron, gender, gambang, slenthem, siter, dan ketuk.
Irama musik yang dimainkan sebagai pengiring tidak baku dan bisa juga musik gending kreasi baru. Hanya saja yang paling sering dipilih adalah jenis irama seperti Jula-Juli dan Tropongan, gending Gedok Rancak, Walang Kekek, maupun Krucilan.
4. Tata dan Dekorasi Panggung
Berawal dari sebuah tarian pembuka untuk pertunjukan Ludruk, dekorasi panggung untuk pertunjukan Remo pun menyesuaikan dengan dekorasi yang sudah ada. Jadi, biasanya tidak akan ditambahkan atau dikurangi hanya untuk pertunjukan Remo secara khusus.
Terlebih lagi, kini pertunjukan tari ini kerap dilakukan untuk menyambut tamu dan dipentaskan untuk festival kebudayaan. Dekorasinya sama sekali tidak membutuhkan sentuhan khusus dan bisa dilakukan dengan apa yang sudah ada.
Baca Juga: Tari Reog
Pola Lantai Tari Remo
Penari Remo menggunakan pola lantai garis lurus dalam menarikan gerakan-gerakan dalam tarian. Meskipun terkesan sederhana, namun pola garis lurus ini justru menimbulkan kesan yang kuat dalam setiap pertunjukan Remo yang ditampilkan.
Hal ini dikarenakan, makna filosofis yang coba ditampilkan dari pola garis lurus ini sendiri. Adanya pola garis lurus menggambarkan tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan penciptanya. Selain itu, garis lurus juga dimaknai sebagai sebuah sikap yang jujur.
Dari sekian banyak pola garis lurus yang bisa dijumpai pada berbagai tarian, pada tarian ini garis lurus yang digunakan berpola diagonal. Artinya, kaki-kaki penari akan membentuk segaris lurus diagonal, sehingga posisi tubuhnya akan sedikit miring.
Baca Juga: Tari Ronggeng
Gerakan Tari Remo
Penari Remo mengenakan gelang kaki bukan tanpa tujuan. Gelang kaki yang berlonceng bertujuan untuk mengarahkan perhatian penonton pada gerakan kaki-kaki penari yang dinamis. Gerakan kaki inilah yang menjadi hal utama dalam setiap pertunjukan Remo.
Sementara itu, tangan penari akan memainkan ujung-ujung sampur yang dimiliki sesuai langkah dan hentakan kaki. Kemudian, kepalanya pun akan menanggung atau menggeleng. Ekspresi wajah yang ditampilkan serta sikap posisi kuda-kuda yang diambil penari juga turut berperan penting dalam pertunjukan Remo.
Pada dasarnya, gerakan Remo sendiri tidak memiliki gerakan yang baku dan bisa dengan mudah dikreasikan. Setiap gerakan yang diambil akan mengikuti sesuai dengan irama musik pengiring serta jalan cerita yang coba disampaikan.
Hanya saja, meski tarian ini bersifat spontan, namun gerakan-gerakan dasar pada tarian tetap harus dikuasai oleh penari. Apalagi, jika tarian tidak dilakukan sendiri, melainkan berkelompok, maka butuh pola gerakan yang serasi.
Gerakan-gerakan utama yang kerap kali ditampilkan dalam tarian Remo adalah gerakan menghentakkan kaki. Kemudian, ada pula gerakan gendewa atau gerakan menepis dengan cepat menggunakan tangan. Selanjutnya, ada pula gerakan menggosok-gosok telapak tangan.
Keunikan Tari Remo
Dari penjelasan diatas, sebenarnya sudah bisa ditangkap sisi unik apa saja yang dimiliki oleh tarian ini. Sebagai sebuah pertunjukan yang lahir dari seniman jalanan, tarian ini tidak memiliki pakem-pakem layaknya tari tradisional yang lain. Simak sisi unik dari tarian ini:
- Remo adalah sebuah bentuk hiburan rakyat dari penari jalanan yang kemudian diangkat ke panggung Ludruk. Karena popularitasnya, tarian ini lalu dipertunjukkan juga sebagai tarian untuk menyambut tamu-tamu penting.
- Banyaknya jenis ragam pakaian yang dikenakan penari, tergantung siapa yang menarikan serta dari mana asal penari tersebut.
- Tidak ada pengkhususan gender penari dalam pertunjukan Remo. Baik penari laki-laki maupun perempuan sama-sama berkesempatan untuk menarikan tarian ini.
- Lonceng yang ada di gelang kaki penari menambah irama khas pada musik pengiring tarian Remo.
- Meskipun bersifat spontan dan bisa menyesuaikan dengan iringan musik yang ada, setiap gerakan memiliki nilai filosofis yang kuat. Misalnya saja, gerakan menghentakkan kaki merupakan bentuk kesadaran bahwa manusia hidup di bumi.
Fungsi Tari Remo
Pada awal kemunculannya, Remo merupakan sebuah hiburan rakyat yang kemudian diperkenalkan sebagai pembuka pada pertunjukan Ludruk. Seiring berjalannya waktu, tarian ini didekap dalam hasil warisan budaya dari Jawa Timur.
Pementasannya pun tak lagi terbatas pada pertunjukan Ludruk saja. Melainkan juga sudah dimainkan untuk menyambut tamu-tamu penting, dipentaskan pada acara kenegaraan, sampai diikutkan pada festival kebudayaan.
Penutup Tari Remo
Itulah ulasan menarik terkait Tari Remo, sebuah kebudayaan asli dari Jawa Timur, yang lahir dan berkembang di sisi timur Jawa. Tarian ini memiliki banyak kreasi karena memang tidak memiliki pakem pasti seperti tarian Jawa lainnya.