Kerajaan Hindu Budha di Indonesia – Artikel kali ini kita akan belajar tentang kerajaan Budha di Indonesia dan kerajaan Hindu di Indonesia. Ada banyak kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha berdiri dan mewarnai perjalanan sejarah Indonesia, mulai dari Indonesia bagian barat sampai ke ujung Timur Indonesia.
Kerajaan-kerajaan tersebut hadir memberikan pengaruh sosial hingga perekonomian bangsa kita sejak dahulu pada masa berdirinya, bahkan pengaruhnya pun sampai terasa hingga detik ini.
Apa saja pengaruh keberadaan kerajaan Hindu-Buddha bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia? Dan berapa banyak kerajaan bercorak Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia? Siapa raja kerajaan Hindu-Budha di Indonesia? Di mana letak Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia?
Daripada semakin penasaran, yuk sama-sama kita simak uraian berikut ini:
Kerajaan Hindu dan Kerajaan Budha di Indonesia
Apa saja pengaruh keberadaan kerajaan Hindu-Buddha bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia? Dan berapa banyak kerajaan bercorak Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia? Daripada semakin penasaran, yuk sama-sama kita simak uraian berikut ini:
Kerajaan Salakanagara (130-362 M)
Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua di Nusantara, yang berdiri antara 130-362 M. Pendiri dan raja pertama Kerajaan Salakanagara bernama Dewawarman I, yang memerintah antara 130-168 masehi dengan gelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara.
Sumber sejarah utama Kerajaan Salakanagara adalah Naskah Wangsakerta – Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara. Kerajaan Salakanagara diceritakan sebagai kerajaan tertua di nusantara yang berdiri antara 130-362 M, sebelum Kerajaan Kutai (400-1635 M).
Namun karena minimnya bukti keberadaan Salakanagara, Kerajaan Kutai lebih dikenal sebagai kerajaan pertama di nusantara.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Salakanagara terdiri dari daerah Jawa bagian barat, termasuk pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa dan laut yang membentang sampai Pulau Sumatera.
Teluk Lada (Pandeglang, Banten), Condet (Jakarta) dan Gunung Salak (Bogor) merupakan tiga lokasi yang diyakini sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Salakanagara.
Kerajaan ini berkuasa selama 232 tahun, yang kemudian menjadi bagian pemerintahan Kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Indraprahasta (398-747 M)
Kerajaan Indraprahasta merupakan kerajaan bercorak Hindu-Budha yang berdiri pada tahun 398 M. Indraprahasta berlokasi di Pulau Jawa, tepatnya di lereng Gunung Ciremai atau Indrakila, Jawa Barat.
Pendiri sekaligus raja pertama Indraprahasta adalah Maharesi Sentanu, merupakan bangsa India. Sebelumnya, Indraprahasta adalah bagian dari Kerajaan Salakanagara.
Pada awal abad ke-4 M, banyak kelompok India yang berdatangan dan bermukim di nusantara. Hal ini dikarenakan terjadi perang di tanah India.
Salah seorang pendatang yang bernama Maharesi Sentanu Murti bermukim di KEcamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Kemudian ia mendirikan kerajaan Indraprahasta pada 398 M, dibawah naungan Kerajaan Salakanagara.
Setelah Maharesi Sentanu tutup usia, tahta Indraprahasta dipimpin oleh Yaya Satyanagara. Dan sejak inilah, pemerintahan Indraprahasta menjadi bagian Kerajaan Tarumanegara. Meskipun begitu, Indraprahasta masih melakukan politik pemerintahannya sampai 6 periode raja.
Dan pada pemerintahan raja terakhirnya, Prabu Wiratara pada 744-747 M, barulah Indraprahasta benar-benar runtuh akibat serangan Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno.
Indraprahasta juga menyisakan peninggalan bersejarah, yaitu situs Batu Sarwadadi. Batu ini terbengkalai dan tidak terawat, bahkan beberapa telah hilang dicuri. Batu Sarwadadi ini diduga kuat sebagai peninggalan Indraprahasta yang berada di Desa Sarwadadi, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.
Kerajaan Tarumanegara (358-669 M)
Tarumanegara merupakan kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang meninggalkan catatan sejarah bagi Indonesia.
Pada tahun 358 M, Raja Jayasingawarman membangun kerajaan saat berada di pengasingan. Kemudian Raja Jayasingawarman menjadi raja pertama yang memerintah kerajaan Tarumanegara dari tahun 358 M sampai 382 M.
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha. Diketahui dari sejarah peninggalan kerajaan Tarumanegara, bahwa disebutkan salah satu dewa sesembahan pada masa itu adalah Dewa Wisnu.
Kerajaan Tarumanegara diketahui berpusat di Sundapura, dekat Tugu dan Bekasi. Kerajaan ini menguasai wilayah Jawa bagian Barat, hingga ke lautan Sumatera.
Masa puncak kejayaan Kerajaan Tarumanegara berhasil dicapai saat masa pemerintahan Raja Purnawarman. Raja Purnawarman menjadi raja sejak tahun 395 M sampai 434 M.
Berdasarkan bukti sejarah berupa peninggalan kerajaan, Purnawarman disebut-sebut sebagai raja yang bijaksana dan bahkan mampu memperluas wilayah kerajaan Tarumanegara hingga menguasai 48 kerajaan daerah pada saat itu.
Sejak berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686 M, kerajaan Tarumanegara mengalami kemunduran. Raja Dapunta Hyang Syailendra berhasil mengambil alih Tarumanegara.
Tarumanegara menyisakan peninggalan sejarah berupa prasasti Kebon Kopi, prasasti Tugu, prasasti Cidanghiyang, prasasti Ciaruteun, prasasti Muara Cianten, prasasti Jambu, prasasti pasir awi dan beberapa arca.
Kerajaan Kutai (400-1635 M)
Kerajaan Kutai didirikan oleh Maharaja Kudungga. Kerajaan Kutai diperkirakan sudah berdiri sekitar tahun 400-500 Masehi.
Maharaja Mulawarman menjabat pada pemerintahan Kerajaan Kutai setelah masa pemerintahan Maharaja Kudungga dan ayahnya yakni Maharaja Aswawarman. Pada masa menjabat sebagai pemerintahan, Maharaja Mulawarman dikenal sebagai raja pembawa kejayaan pada kerajaannya.
Penyebab runtuhnya Kerajaan Kutai Martapura adalah adanya perselisihan yang ada antara Kerajaan Martapura (Penganut agama Hindu) dengan kesultanan Kutai Kartanegara (Penganut agama Islam).
Perselisihan ini menyebabkan Kerajaan Kutai Kartanegara menguasai wilayah dari Kerajaan Kutai Martapura dan menjadikan terbentuknya Kutai Kartanegara ing Martapura menjadi memeluk agama Islam
Kerajaan Kutai juga memiliki beberapa peninggalan. Peninggalan tersebut dapat dikunjungi di Museum Mulawarman yang berada di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara atau bisa juga ditemukan di Museum Nasional Jakarta.
Beberapa peninggalan Kutai adalah Ketopong Sultan Kutai, Kalung Uncal Kerajaan Kutai, Kalung Ciwa, Pedang Sultan Kutai, Kura-Kura Emas, Meriam Kerajaan Kutai, Gamelan Gajah Prawoto, dan Prasasti Yupa.
Kerajaan Kendan (536-702 M)
Kerajaan Kendan adalah salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Kerajaan ini didirikan oleh Resiguru Manikmaya pada 536 Masehi. Sejak didirikan, Kendan berada di bawah naungan Kerajaan Tarumanegara.
Nama-nama raja Kerajaan Kendan meliputi Raja Manikmaya (536-568 M), Raja Putra Suraliman (568-597 M), Raja Kandiawan (597-612 M), dan Raja Wretikandayun (612-702 M).
Raja terakhir Kendan, yakni Wretikandayun dinobatkan menjadi raja Kendan pada 612 M, ia memindahkan ibu kota kerajaan ke wilayah Galuh.
Pemindahan ibu kota ini juga menandai perubahan nama Kerajaan Kendan menjadi Kerajaan Galuh. Hal ini menjadikan berakhirnya Kerajaan Kendan sekaligus berdirinya kerajaan baru yang disebut Kerajaan Galuh.
Kerajaan Kalingga (594-695 M)
Kerajaan Kalingga merupakan kerajaan yang bercorak kan Hindu-Buddha. Pada sekitar abad ke 6 Masehi sampai abad ke 7 Masehi kerajaan ini berkembang di Nusantara, tepatnya di bagian Utara Jawa tengah. Wilayah dari kerajaan tersebut mencangkul Pekalongan hingga ke Jepara
Dinasti Syailendra merupakan pendiri dari Kerajaan Kalingga. Kerajaan tersebut juga mempunyai beberapa nama lain, diantaranya Kerajaan Holing, Kerajaan Holing dan yang terakhir Kerajaan Keling.
Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga dimulai pada masa pemerintahan Ratu Shima. Ratu Shima merupakan istri dari Raja Kartikeyasingha, ia naik tahta menggantikan suaminya. Ratu Shima dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan tanpa pandang bulu dalam menegakkan hukum.
Pada masa pemerintahan Ratu Shima kebijakan luar negeri menjalin kerja sama dengan Kerajaan Galuh dan juga Kerajaan Sunda. Sedangkan kebijakan dalam negeri kerajaan sangat memperhatikan pembangunan yang ada di bidang pertanian dan juga perdagangan.
Runtuhnya kerajaan Kalingga terjadi setelah Ratu Shima wafat. Sebelumnya beliau membagi Kerajaan menjadi dua yang akan diserahkan ke anak-anaknya.
Kerajaan yang pertama bernama Kerajaan Keling (Bhumi Sambhara) dipimpin oleh Iswara Kesawalingga, sedangkan Kerajaan yang selanjutnya adalah Kerajaan Medang (Bhumi Mataram) kerajaan ini dipimpin oleh Dewi Parwati.
Kerajaan Kalingga juga meninggalkan beberapa peninggalan, yaitu dua prasasti, dua candi, dan beberapa naskah Cina. Prasasti Tuk Mas dan Prasasti Sojomerto merupakan sisa peninggalan Kerajaan Kalingga. Serta candinya yaitu, Candi Angin dan Candi Bubrah.
Kerajaan Melayu (671-1375 M)
Kerajaan Melayu atau juga dikenal dengan Malayu merupakan salah satu kerajaan yang berdiri di Pantai Sumatera Timur. Nama Malayu berasal dari bahasa Sanskerta, yakni kata Malaya yang berarti bukit.
Kerajaan ini diberitakan Tiongkok bahwa berdiri pada abad ke-7 dengan pusat pemerintahan di Minanga. Para ahli menyatakan bahwa pusat kerajaan Melayu berada di hulu Sungai Batang Hari, Jambi.
Pusat pemerintahan Melayu berada di Minanga pada awal kekuasaan (abad ke-7). Kemudian berpindah ke Dharmasraya pada abad ke-13. Hal ini didukung dengan pengiriman Arca Amoghapasa dari Kerajaan Kediri.
Pada tahun 1347, Adityawarman memproklamirkan dirinya sebagai pelanjut Dinasti Mauli penguasa Kerajaan Melayu di Dharmasraya. Kemudian ia memindahkan pusat pemerintahannya ke Suruaso atau Pagaruyung, saat ini Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Diduga, dari pusat Malayu di Pagaruyung inilah nantinya akan berujung berdirinya Kerajaan Pagaruyung di tanah Sumatera.
Kerajaan Melayu juga meninggalkan jejak sejarah berupa Prasasti Grahi, Prasasti Padang Roco (Arca Amoghapasa), Prasasti Suruaso, Prasasti Kuburajo, Prasasti Tanjore.
Kerajaan Sriwijaya (683-1377 M)
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang berdiri di abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya mempunyai pusat kerajaan di tepi Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka atau 683 Masehi. Prasasti ini menyebutkan bahwa kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang yang berasal dari Minanga Tamwan.
Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang kaya raya, dan memiliki jumlah tentara yang begitu banyak. Kerajaan ini maju di bidang agraris.
Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh raja Balaputradewa pada abad ke-8 dan 9.
Pada masa kekuasaan Balaputradewa sampai raja Sri Marawijaya, Sriwijaya mampu menguasai Selat Malaka, dan berhasil memperluas kekuasaannya hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan.
Memasuki abad ke-11, kerajaan Sriwijaya mengalami masa-masa kemunduran. Kemunduran terjadi diakibatkan beberapa faktor, diantaranya adalah:
- Diserang Colamandala dari India
- Adanya desakan dari Kerajaan Thailand dan Kerajaan Singasari
- Banyak raja taklukan yang melepaskan diri
- Kemunduran di bidang ekonomi dan perdagangan
Sriwijaya menyisakan dua macam peninggalan, yaitu berupa prasasti dan candi. Prasasti peninggalan Sriwijaya adalah prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Tuo, prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Berahi, Candi Biaro Bahal III, dan Candi Muara Takus
Kerajaan Sunda (669-1579 M)
Kerajaan Sunda adalah kerajaan bercorak Hindu dan Budha yang berlokasi di Jawa Barat. Kerajaan ini berdiri dari abad ke-7 sampai abad ke-16 M.
Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 669 (591 Saka). Wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda meliputi Banten, Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan Bogor.
Sumber catatan sejarah yang menceritakan keberadaan Kerajaan Sunda Pajajaran adalah Carita Parahyangan. Di dalam Carita Parahyangan mengisahkan tentang tradisi Sunda pada masa kuno beserta silsilah raja-raja Sunda.
Di samping itu, beberapa prasasti juga menceritakan keberadaan Kerajaan Sunda, yakni Prasasti Citatih (1030 M), prasasti Batutulis Bogor, prasasti Kawali, dan lainnya.
Kerajaan Galuh (612-1595 M)
Kerajaan Galuh merupakan kerajaan Hindu-Buddha di Jawa yang lokasinya terletak antara Sungai Citarum dan Sungai Ciserayu. Galuh didirikan oleh Wretikandayun pada 612 M. Berdirinya Kerajaan Galuh ditandai dengan kemunduran Kerajaan Tarumanegara.
Selama masa berdirinya, Kerajaan Galuh sering bertikai dengan saudaranya yakni Kerajaan Sunda.
Pada masa pemerintahan Wastukancana, Kerajaan Galuh mencapai puncak kejayaannya. Kehidupan Kerajaan Galuh semakin tentram dan sejahtera pada masa pemerintahannya. Bahkan kejayaan mampu ditempuh selama seratus tahun.
Akan tetapi, Kerajaan Galuh harus berakhir ketika Kerajaan Mataram berdiri dan menguasainya pada tahun 1595 M.
Meskipun telah lama berakhir, Kerajaan Galuh juga menyisakan peninggalan berupa prasasti dan candi. Berikut adalah beberapa peninggalan Kerajaan Galuh, yaitu Prasasti Mandiwunga, Prasasti Cikajang, Prasasti Rumatak, Prasasti Galuh, dan Candi Cangkuang.
Kerajaan Mataram Kuno (732-1007 M)
Kerajaan Mataram merupakan kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, dimana kerajaan ini berdiri pada awal abad ke-8 Masehi, tepatnya pada 732 M.
Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan yang berpusat di daerah Yogyakarta yang diberi nama Bhumi Mataram. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Sanjaya yang kemudian mendapatkan gelar Rakai Mataram.
Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno dimulai pada era Dinasti Sanjaya dan Syailendra. Pada era kedua dinasti tersebut, berbagai bidang dapat berlambang secara pesat. Bidang-bidang tersebut meliputi Budaya, Kesenian, Tatanan Sosial dan juga Ilmu Pengetahuan.
Kekuatan tempur yang sangat kuat juga berada di era Dinasti Syailendra. Akibat dari kekuatan tempur dari kerajaan tersebut, wilayah kekuasaan berhasil mencapai Semenanjung Malaka, dan juga berhasil mengalahkan Kerajaan di Chenla, Kamboja.
Kerajaan Mataram Kuno diketahui hancur akibat adanya persaingan dari Rakai Pikatan yang berasal dari Dinasti Sanjaya, dan juga Balaputradewa dari Dinasti Syailendra. Perseteruan terjadi secara turun-temurun yang terjadi antara Mataram Kuno dan juga Sriwijaya.
Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa peninggalan-peninggalan yang masih bisa kita temui. Peninggalan Mataram Kuno yang paling populer adalah Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Selain itu juga ada beberapa prasasti peninggalan Mataram Kuno, seperti Prasasti Ratu Boko dan Prasasti Kalasan.
Kerajaan Kanjuruhan (800-an M)
Kanjuruhan adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yang pusatnya berada di dekat Kota Malang.
Prasasti Dinoyo diyakini sebagai sumber sejarah Kerajaan Kanjuruhan, Prasasti Dinoyo diketahui berangka tahun 760 M.
Prasasti tersebut menceritakan raja terkenal dari Kanjuruhan bernama Gajayana. Diketahui bahwa Gajayana beragama Siwa memerintah dengan adil dan bijaksana, sehingga dicintai rakyat Kanjuruhan.
Wilayah kekuasaannya terdiri dari Malang, lereng timur dan barat Gunung Kawi, dan ke utara hingga ke pesisir laut Jawa.
Kerajaan Kanjuruhan tidak bertahan lama, yang kemudian jatuh di bawah kekuasaan Mataram Kuno yang berkuasa pada awal abad ke-10.
Kerajaan Bali (913-1908 M)
Kerajaan Bali atau dikenal dengan sebutan Kerajaan Bedahulu merupakan kerajaan Hindu–Budha yang pernah memerintah di Bali, di Kepulauan Sunda Kecil, Indonesia.
Kerajaan Bali didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa dari Dinasti Warmadewa. Dan beberapa raja terkenalnya adalah Raja Udayana yang memerintah pada 989 M sampai 1011 M.
Kehidupan perekonomian kerajaan berpusat pada bidang pertanian, seperti mengolah sawah, ladang, kebun, dan membuka ladang.
Sedangkan kehidupan sosial Bali dibedakan menjadi 4 struktur sosial, yakni dua golongan masyarakat, pembagian warisan, kesenian, serta agama dan kepercayaan.
Kerajaan Bali menyisakan warisan sejarah berupa prasasti dan candi. Berikut adalah daftar prasasti dan candi peninggalan Bali, yaitu Prasasti Blanjong, Prasasti Panglapuan, Prasasti Gunung Panulisan, Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu, Pura Agung Besakih, Candi Padas, Candi Mengening, dan Candi Wasan.
Kerajaan Kahuripan (1019-1045 M)
Kerajaan Kahuripan merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berlokasi di Jawa Timur. Ibukota kerajaan berada di Kahuripan, dekat lembah Gunung Penanggungan, sekitar Sidoarjo.
Kahuripan didirikan oleh Prabu Airlangga pada abad ke-11. Prabu Airlangga bukan hanya pendiri kerajaan, melainkan juga satu-satunya raja yang memimpin Kahuripan.
Pada awal berdirinya Kahuripan, wilayahnya hanya meliputi Sidoarjo, Pasuruan, dan sebagian Mojokerto.
Raja Airlangga juga berhasil membawa Kerajaan Kahuripan masa kemajuan, dapat dilihat dari pesatnya pembangunan bendungan, pelabuhan, dan jalan. Ia juga meringankan beban pajak rakyatnya yang sering terkena musibah.
Berakhirnya masa pemerintahan Raja Airlangga, berakhir pula masa pemerintahan Kahuripan. Sebab, terjadi perebutan kekuasaan, sehingga Airlangga membagi kekuasaan kekuasaannya bagi kedua putranya pada 1045 M.
Dan setelah turun tahta, Airlangga memilih menjadi pertapa hingga ia meninggal dunia pada 1049.
Meski hanya berdiri sekitar 20 tahunan, Kahuripan masih sempat menyisakan peninggalan sebagai bukti sejarah. Peninggalan Kahuripan di antaranya adalah Candi Belahan, Candi Semar Jalatunda, Prasasti Kamalgyan, Prasasti Pucangan, Prasasti Pamwatan, Prasasti Cane, Prasasti Baru, Prasasti Terep, dan Kitab Arjunawiwaha.
Kerajaan Pajajaran (923-1597 M)
Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan yang bercorak Hindu. Kerajaan ini berlokasi di Jawa Barat, dan beribukota di Pakuan (Bogor). Kerajaan Pajajaran juga dikenal dengan Negeri Sunda, Pasundan, atau Pakuan Pajajaran.
Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati pada 923 M. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Sanghyang Tapak.
Masa kejayaan Pajajaran dicapai pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi tahun 1482-1521 M. Pada saat itu, Pajajaran dalam kondisi teratur dan tentram, karena Prabu Siliwangi dikenal sebagai sosok yang memegang teguh asas kesetaraan sosial.
Selain itu, Pajajaran saat itu sangat perhatian pada pembinaan agama rakyatnya, membuat parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan, dan menyusun formasi tempur di darat.
Kerajaan Pajajaran mengalami keruntuhan pada 1579, yang saat itu diserang Kerajaan Banten. Setelah Pajajaran runtuh, diperkirakan sejumlah punggawa istana meninggalkan keraton dan menetap ke daerah Lebak.
Pajajaran menyisakan peninggalan berupa Babad Pajajaran, Carita Parahyangan, Carita Waruga Guru, Prasasti Batu Tulis (Bogor), Prasasti Sanghyang Tapak (Sukabumi), Prasasti Kawali (Ciamis), Tugu Perjanjian Portugis, dan Taman Perburuan (sekarang menjadi Kebun Raya Bogor).
Kerajaan Jenggala (1045-1136 M)
Kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yang pernah berdiri di Jawa Timur adalah Kerajaan Jenggala. Jenggala berdiri pada 1042 M.
Kerajaan Jenggala merupakan salah satu bagian pecahan Kerajaan Kahuripan pendahulunya. Jenggala diberikan Raja Airlangga kepada sang putra yang bernama MApanji Garasakan.
Ibu kota Jenggala terletak di Kahuripan, yakni lembah Gunung Penanggungan, sekitar Sidoarjo, Pasuruan, dan Mojokerto, Jawa Timur.
Sejak awal berdirinya, Jenggala mengalami perkembangan pesat dari pada Kerajaan Panjalu. Keberhasilan ini didapatkan karena peran Mapanji Garasakan yang pandai mengatur pemerintahan dan aktif melakukan diplomasi ke berbagai daerah.
Meskipun Airlangga telah membagi dua Kerajaan Kahuripan, namun kedua putranya masih saja berselisih hingga tercetuslah perang saudara.
Hingga akhirnya Jenggala menyerah dan mengakui keunggulan Panjalu atau Kediri pada 1130-an. Sejak saat itu, Jenggala menjadi bawahan Kediri.
Sejak berdirinya Jenggala, kerajaan tersebut meninggalkan jejak sejarah berupa Prasasti Kembang Putih, Prasasti Malenga, Prasasti Turun Hyang II, Prasasti Sumengka, dan Candi Prada.
Kerajaan Kediri (1045-1222 M)
Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan pecahan dari Kahuripan tepatnya pada antara tahun 1045, sehingga wilayah selatan dari Kerajaan Kahuripan merupakan bagian dari Kerajaan Kediri.
Pada sekitar tahun 1135 sampai dengan 1157 Kerajaan Kediri mengalami masa kejayaan, tepatnya pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya.
Pada Masa Pemerintahan Raja Jayabaya daerah kekuasaan dari Kerajaan semakin meluas, yang berawal dari Jawa Tengah berhasil meluat hingga hampir seluruh daerah pulau Jawa dan juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang berada di bawah kepemimpinan Kerajaan Sriwijaya.
Pada masa pemerintahan Kertajaya atau biasanya disebut dengan Dandang Gendis, Kerajaan Panjalu (Kediri) runtuh. Tepatnya pada tahun 1222, Kertajaya mengalami perselisihan dengan kaum Brahmana, sehingga pada saat ia memimpin kerajaan berada di posisi yang tidak aman, di mana kestabilan kerajaan menurun.
Kerajaan Kediri juga merupakan kerajaan yang banyak meninggalkan peninggalan-peninggalan yang bersejarah. Baik itu berupa candi, prasasti yang berisi sumber sejarah, atau berbagai macam kitab. Salah satu candi yang berada di Jawa timur adalah candi Penataran.
Kerajaan Singasari (1222-1292 M)
Kerajaan Tumapel didirikan pada tahun 1222 M. yang memiliki ibu kota kerajaan bernama Kutaraja. Yang kemudian nama ibu kota ini diganti oleh Kertanegara menjadi Singhasari. Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha.
Kerajaan ini berada di daerah Singasari, Malang, Jawa Timur. Berdasarkan jejak peninggalan kerajaan berupa prasasti Kudadu, diketahui nama resmi Kerajaan Singasari adalah Kerajaan Tumapel.
Singasari didirikan oleh sosok pengawal Tunggul Ametung, seorang akuwu alias camat di Tumapel. Pengawal itu bernama Ken Arok. Ia membunuh Tunggul Ametung dan menikahi istrinya, yang bernama Ken Dedes.
Masa kejayaan Kerajaan Singasari dicapai pada masa pemerintahan raja Kertanegara. Raja Kertanegara juga merupakan raja terakhir dari kerajaan ini.
Di bawah pemerintahan Raja Kertanegara, kekuasaan Singasari meluas hingga ke Madura, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Melayu dan Semenanjung Melayu. Hal ini dikarenakan Kertanegara memiliki cita-cita yang dikenal dengan Wawasan Nusantara I, cita-cita untuk mempersatukan kerajaan di Nusantara di bawah naungan kekuasaan Kerajaan Singasari.
Pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, Singasari mengalami penyerangan yang berujung runtuhnya Singasari. Jayakatwang, seorang adipati dari Kediri mengirim pasukan untuk menyerang Kertanegara. Dan akhirnya raja Kertanegara wafat di tangan Jayakatwang, dan Kerajaan Singasari akhirnya runtuh.
Meski telah runtuh ratusan tahun yang lalu, namun peninggalan Singasari masih banyak yang bertahan sampai hari ini. Peninggalan Singasari di antaranya adalah candi Singasari, Candi Kidal, Candi Jago, candi Katang Lumpang, Candi Kangenan, candi Sumberawan, candi Jawi, prasasti Singasari, prasasti Mula Malurung, Prasasti Wurare, Prasasti Gondang, Arca Anusapati, Arca Wisnu Wardhana,Arca Ken Dedes, Arca Joko Dolog, dan Arca Dwarapala.
Kerajaan Majapahit (1293-1500 M)
Kerajaan majapahit merupakan kerajaan yang disebut-sebut sebagai salah satu kerajaan terbesar di nusantara, hal ini dikarenakan hampir seluruh wilayah dari kerajaan yang mencakup seluruh nusantara.
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada sekitar tahun 1293 M hingga pada tahun 1500 M dan berpusat di daerah Jawa Timur. Kerajaan majapahit berdiri diawali dengan runtuhnya singasari pada tahun 1292 M.
Masa kejayaan dari Kerajaan Majapahit diawali pada saat pemerintahan Hayam Wuruk yang berlangsung pada tahun 1350 M sampai dengan tahun 1589 M. Pada masa kejayaan tersebut tidak luput dari bantuan Gajah Mada, yang berhasil menghilangkan para pemberontak yang ada dan memperluas wilayah Majapahit.
Setelah wafatnya Gajah Mada dan Hayam Wuruk pada tahun 1389 M, Kerajaan Majapahit mengalami kelemahan dan juga kemunduran. Selain itu kemunduran disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
- Perebutan Tahta
- Wilayah taklukan melepaskan diri dari Majapahit
- Terjadinya Perang Paregreg
- Semakin berkembangnya agama Islam
- Serangan dari Kerajaan Demak
Kerajaan Majapahit berhasil meninggalkan beberapa peninggalan berupa Kitab, Candi dan juga Prasasti. Peninggalan Kerajaan Majapahit, yaitu Kitab Negarakertagama, Kitab Sutasoma, Kitab Arjunawijaya, Kitab Tantu Pagelaran, Kitab Pararaton, Kitab Usana Jawa, Kitab Sundayana.
Selain itu prasasti sisa peninggalan Kerajaan Majapahit yaitu: Prasasti Canggu, Prasasti Wurare, Prasasti Kudadu, Prasasti Jiwu, Prasasti Karang Bogem, Prasasti Sukamerta, Prasasti Balawi, Prasasti Prapanca Sapura, dan Prasasti Waringin Pitu.
Dan sisa peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya berupa bangunan candi, diantaranya adalah Candi Cetho, Candi Surawana, Candi Wringin Branjang, Candi Minak Jinggo, Candi Kedaton, Candi Rimbi, Candi Tigawangi, Candi Jabung, Candi Sukuh, Candi Sawentar, Candi Tikus, Candi Penataran, Candi Sumberjati, Candi Brahu, Candi Pari, Candi Bajang Ratu, dan Candi Wringin Lawan.
Kerajaan Pagaruyung (1347-1835 M)
Kerajaan Pagaruyung merupakan kerajaan di Indonesia yang mengalami dua masa sekaligus, yakni masa Hindu-Budha dan masa Islam. Nama kerajaan ini dirujuk dari nama pohon Nibung atau Ruyung.
Pada Arca Amoghapasa diceritakan bahwa Adityawarman menyatakan dirinya sebagai raja di Malayapura pada 1347 M. Dari sumber tersebut, Adityawarman diduga kuat sebagai pendiri Kerajaan Pagaruyung.
Ketika awal didirikan pada 1347 M, Kerajaan Pagaruyung bercorak Hindu-Buddha. Kemudian pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi bercorak Islam.
Kerajaan Pagaruyung terletak di Provinsi Sumatera Barat dan sebagian Provinsi Riau. Wilayah kekuasaan Pagaruyung meliputi dataran tinggi pedalaman Sumatera, wilayah pantai timur Arcat ke Jambi, dan kota-kota pelabuhan pantai barat Panchur (Barus), Tiku dan Pariaman.
Pagaruyung berkuasa selama 5 abad, dan akhirnya runtuh dalam peristiwa Perang Padri. Dan Pagaruyung menyisakan peninggalan berupa istana Pagaruyung, kompleks Makam raja Pagaruyung, Prasasti Batusangkar, Prasasti Suruaso, dan Prasasti Bandar Bapahat.
Penutup
Demikian uraian sepintas tentang kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia. Tidak hanya kisah sejarah yang menakjubkan, melainkan juga banyak bukti sejarah yang masih ada dan menjadi kekayaan nusantara.
Sudah menjadi tanggung jawab kita untuk terus melestarikan budaya kita dan menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Untuk itu jangan pernah lelah untuk belajar nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah Indonesia. Agar terasa lebih ringan yuk belajar bersama teman-teman lainnya! Copy dan share link artikel ini ke teman-temanmu agar bisa belajar bersama ya.
Kerajaan Hindu dan Kerajaan Budha di Indonesia
Sumber Referensi
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/03/114721379/daftar-kerajaan-hindu-buddha-di-indonesia @https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/18/142720279/kerajaan-salakanagara-sejarah-letak-dan-raja-raja