Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur – Tidak hanya dikenal sebagai provinsi dengan keindahan alamnya. Nusa Tenggara Timur juga memiliki aneka ragam budaya khas daerah tersebut, salah satunya berupa alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur.
Tapi, bagaimana alat musik tradisional khas provinsi NTT? Ada berapa jenis alat musik yang terdapat pada provinsi tersebut? Dan keunikan dan ciri khas apa yang dimiliki setiap alat musik tersebut?
Untuk mengetahui jawaban dari beberapa pertanyaan di atas, mari kita simak penjelasan lengkapnya pada artikel di bawah ini.
Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur
Alat musik tradisional sendiri merupakan produk budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Tidak hanya itu, alat musik juga menjadi identitas dan ciri khas dari suatu kelompok etnis yang biasa menggunakan atau memainkan alat musik tersebut.
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur merupakan alat musik yang berasal dari beberapa daerah di provinsi Nusa Tenggara Timur. Mulai dari alat musik tiup, tabuh, pukul, dan lain semacamnya.
Nusa Tenggara Timur tidak hanya kaya akan keindahan alamnya, melainkan juga memiliki beraneka ragam nilai budaya khas NTT. Beberapa alat musik tersebut menjadi media hiburan masyarakat, juga beberapa di antaranya menjadi alat musik pengiring upacara adat istiadat masyarakat setempat.
15 Jenis Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur memiliki beragam alat musik yang khas dan menjadi identitas daerah tersebut. Setidaknya terdapat 15 jenis alat musik yang berasal dari provinsi Nusa Tenggara Timur ini.
Adapun ke-15 alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur meliputi alat musik Sasando, Heo, Foy Doa, Foy Pay, Knobe Oh, Knobe Khabetas, Prere, Sowito, Ketadu Mara, Hi Tabi, Tambur Terompet, Kediding, Edang, Gong Waning, dan Nuren.
Untuk lebih jelasnya, dapat disimak penjelasan mengenai 15 jenis alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur sebagai berikut:
No | Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur |
1 | Alat Musik Sasando |
2 | Alat Musik Heo |
3 | Alat Musik Foy Doa |
4 | Alat Musik Foy Pay |
5 | Alat Musik Knobe Oh |
6 | Alat Musik Knobe Khabetas |
7 | Alat Musik Prere |
8 | Alat Musik Sowito |
9 | Alat Musik Ketadu Mara |
10 | Alat Musik Hi Tabi (Nafiri Keong) |
11 | Alat Musik Tambur Terompet (Bi) |
12 | Alat Musik Kediding (Adiding) |
13 | Alat Musik Edang (Harabili) |
14 | Alat Musik Gong Waning |
15 | Alat Musik Nuren |
1. Alat Musik Sasando
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang pertama diberi nama Sasando. Alat musik jenis ini tergolong ke dalam alat musik petik. Alat musik ini merupakan alat musik khas Nusa Tenggara Timur, tepatnya Pulau Rote.
Dalam bahasa Rote, nama Sasando berasal dari kata “sasandu” yang berarti alat yang bergetar atau berbunyi.
Dahulu, alat musik Sasando sudah ada sejak abad ke-7 dan sudah digunakan oleh masyarakat Rote. Dalam sumber lain menceritakan bahwa Sasando sejenis alat musik Biola berkembang di Kabupaten Kupang pada tahun 18 M.
Alat musik Sasando terdiri dari bagian utama yang berupa tabung panjang. Bagian tabung panjang ini dibuat dari bahan bambu dan dilengkapi dengan senar-senar yang direntangkan menggunakan ganjalan. Ganjalan tersebut berperan sebagai pengatur nada yang bervariasi pada senar Sasando.
Bagian utama tabung kemudian diletakkan di dalam anyaman yang berbentuk setengah lingkaran. Anyaman tersebut dibuat dari daun lontar. Wadah anyaman ini berperan sebagai ruang resonator suara Sasando.
Berdasarkan struktur nada yang dihasilkan, Sasando dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni Sasando Gong dan Sasando Biola. Sasando Gong merupakan jenis Sasando yang menggunakan skala nada pentatonik dengan 12 senar dan hanya dapat dimainkan untuk mengiringi tembang-tembang tradisional Rote.
Sedangkan Sasando Biola merupakan jenis Sasando yang menggunakan skala nada diatonik dengan sejumlah 48 senar. Sasando Biola ini biasanya dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu yang lebih bervariasi dibandingkan Sasando jenis Gong.
Sesuai tradisi masyarakat NTT, Sasando kerap dimainkan untuk mengiringi lagu atau tarian tradisional. Sejak tahun 1960-an, melalui prakarsa Edu Pah, Sasando mengalami modifikasi dari alat musik tradisional menjadi alat musik elektrik. Edu Pah merupakan seorang pakar Sasando di Nusa Tenggara Timur.
2. Alat Musik Heo
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur selanjutnya adalah alat musik Heo. Heo tergolong ke dalam alat musik gesek tradisional yang berasal dari daratan Pulau Timor, yakni alat musik khas Suku Dawan Timor, Nusa Tenggara Timur.
Alat musik jenis ini terbuat dari bahan kayu dengan dilengkapi alat geseknya yang terbuat dari ekor kuda yang dirangkai menjadi satu ikatan pada kayu penggesek yang dibuat berbentuk busur tersebut.
Di sisi lain, beberapa Dawai pada alat musik Heo dibuat dari usus kuskus yang sudah kering. Alat musik jenis ini memiliki empat macam senar, masing-masing senar diberi sebutan nama tersendiri. Jika diurutkan dari yang paling bawah, diantara keempat senar tersebut yaitu:
- Dawai 1 atau tain mone adalah tali laki-laki yang memiliki nada sol.
- Dawai 2 atau tain apa adalah tali anak kecil yang memiliki nada re.
- Dawai 3 atau tain feto adalah tali perempuan yang memiliki nada la.
- Dawai 4 atau tain ena adalah tali induk yang memiliki nada do.
3. Alat Musik Foy Doa
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur selanjutnya diberi nama Foy Doa. Alat musik ini sejenis suling yang berasal dari Pulau Flores, yakni tepatnya di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Foy Doa dapat diartikan sebagai suling ganda yang dibuat dari bahan buluh atau bambu kecil yang gandeng dua atau lebih. Dengan kata lain, Foy Doa biasanya terdiri dari dua buah suling atau lebih yang digandeng.
Dalam permainannya, alat musik Foy Doa biasa dimainkan secara bersama-sama oleh anak-anak atau muda-mudi dalam permainan tradisional khas NTT.
Alat musik tradisional Foy Doa biasa dimainkan dengan cara ditiup secara lembut, sembari jari-jari tangan kanan dan kiri membuka dan menutup lubang-lubang nada untuk menghasilkan nada yang indah.
Foy Doa kerap menghasilkan dua jenis nada, yakni nada-nada tunggal dan nada-nada ganda. Alat musik jenis ini biasa dimainkan bersama syair-syair dengan tema kehidupan.
Pada awal perkembangannya, alat musik Foy Doa biasa dimainkan secara pribadi, namun sejak tahun 1958 para musisi daerah setempat mulai memadukan dengan beberapa alat musik tradisional lainnya, seperti Sowito, Thobo, Foy Pay, Laba Dera, dan Laba Toka.
4. Alat Musik Foy Pay
Foy Pay merupakan salah satu alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Baik dari nama dan bentuknya, alat musik jenis ini menyerupai alat musik Foy Doa yang merupakan alat musik tiup jenis suling. Alat musik Foy Pay biasa menghasilkan nada-nada seperti nada do, re, mi, fa, dan sol.
Awal sejarahnya, Foy Pay berperan sebagai pengiring lagu-lagu tandak seperti alat musik Foy Doa. Kemudian seiring dalam perkembangannya, Foy Pay juga biasa dimainkan secara berpasangan dengan Foy Doa dengan beberapa iringan musik-musik tradisional di berbagai acara adat atau hiburan masyarakat.
5. Alat Musik Knobe Oh
Knobe Oh merupakan alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Alat musik tradisional jenis ini dibuat dari kulit bambu.
Ukuran alat musik jenis ini sepanjang sekitar 12,5 cm. Sebagian di bagian tengahnya dikerat menjadi belahan bambu yang memanjang sedemikian halusnya, sehingga membentuk seperti lidah yang berperan sebagai vibrator atau penggetar Knobe Oh.
Ketika bagian pangkal ujungnya ditarik menggunakan untaian tali yang terikat erat tepat pada pangkal ujung Knobe Oh tersebut, sehingga alat musik ini menghasilkan bunyi dengan resonansi melalui rongga mulut.
6. Alat Musik Knobe Khabetas
Knobe Khabetas juga merupakan salah satu alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Alat musik Knobe Khabetas ini tergolong ke dalam alat musik tiup yang berbentuk seperti busur panah dengan dilengkapi semacam tali pengikat seperti tali busur panah.
Alat musik tradisional ini biasa dimainkan oleh masyarakat Dawan. Cara memainkan alat musik jenis ini, yakni dengan meniup salah satu ujung busur Knobe Khabetas sambil menggetarkan tali busurnya.
Masyarakat Dawan biasa memainkan alat musik Knobe Khabetas ketika bercocok tanam atau pada saat menggembala ternak. Di samping digunakan sebagai alat musik penghibur pribadi, knobe khabetas juga biasa dimainkan dalam berbagai upacara adat suku Dawan.
Semacam Napoitan Li’ana atau anak usia 40 yakni sebuah tradisi di mana bayi yang baru dilahirkan, maka bayi tersebut tidak diperbolehkan untuk keluar rumah sebelum mencapai usia 40 hari.
Untuk menyambut bayi tersebut sampai bisa keluar rumah setelah mencapai usia 40 hari, maka akan diadakan pesta adat yang dikenal dengan sebutan Napoitan Li’ana.
7. Alat Musik Prere
Prere merupakan alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Alat musik Prere dapat menghasilkan nada-nada dasar seperti do dan re.
Alat musik ini hanya berupa seruas bambu kecil sebesar pensil dengan panjang sekitar 15 cm. Buku ruas bambu pada bagian bawah dibiar dengan kondisi tertutup, sedangkan pada bagian atasnya dipotong dan dibuat terbuka sebagai tempat tiup.
Kemudian, bagian buku ruas bawah dibelah, hal ini dilakukan untuk menyalurkan udara hasil tiupan dari tabung bambu bagian atas. Selain itu, belahan bambu bagian bawah juga berperan sebagai tempat untuk melilit daun pandan, sehingga menyerupai orong pada terompet dan berperan untuk memperbesar volume suara yang dihasilkan.
Alat musik jenis ini biasa dimainkan untuk menghibur diri. Di sisi lain juga kerap dimainkan bersamaan dengan gong gendang sebagai instrumen pengiring permainan pencak silat khas NTT.
8. Alat Musik Sowito
Sowito merupakan alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang berupa seruas bambu. Salah satu bagian bambu dicungkil kulitnya sebesar 2 cm, kemudian diberi ganjalan menggunakan batang kayu kecil. Cungkilan kulit bambu tersebut dapat dikatakan sebagai dawai Sowito.
Dalam permainannya, alat musik tradisional Sowito dimainkan dengan cara dipukul menggunakan sebatang kayu seukuran jari tangan dengan panjang sekitar 30 cm. Setiap ruas bambu akan menghasilkan satu jenis nada, sehingga dalam kesenian Nusa Tenggara Timur, alat musik jenis ini dibuat dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi sesuai kebutuhan nada.
9. Alat Musik Ketadu Mara
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur selanjutnya adalah alat musik Ketadu Mara. Alat musik jenis juga kerap dikenal dengan sebutan “Juk”, yakni alat musik petik yang terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan tali senar. Ketadu Mara semacam gitar tradisional khas NTT.
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur ini dilengkapi dengan dua senar, serta bagian atasnya dibentuk mirip dengan bentuk kepala ayam.
Alat musik Ketadu Mara biasa dimainkan sebagai hiburan di kala beristirahat dari bekerja di sawah atau menggembala hewan ternak di padang rumput. Di samping itu, Ketadu Mara juga sering dimainkan untuk memikat perasaan seorang wanita.
Konon masyarakat setempat meyakini bahwa suara petikan yang dihasilkan Ketadu Mara dapat mengajak cicak turut berdendang dan bernyanyi, serta suara tersebut digemari oleh sosok makhluk halus.
Hingga sekarang ini, alat musik Ketadu Mara juga ditemukan dalam beberapa kesenian daerah NTT, seperti tarian dan nyanyian daerah.
10. Alat Musik Hi Tabi (Nafiri Keong)
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur selanjutnya diberi nama Hi Tabi. Beberapa masyarakat juga mengenalnya dengan sebutan Nafiri Keong.
Penamaan ini dipilih, karena alat musik Nafiri Keong terbuat dari kerang laut dan memiliki kegunaan yang sama seperti alat musik Nafiri Bambu.
Alat musik khas Nusa Tenggara Timur ini biasa dimainkan untuk mengumpulkan masyarakat agar menghadiri kegiatan pemerintahan maupun kegiatan keagamaan. Hi Tabi juga biasa dimainkan sebagai instrumen dalam mengiringi upacara adat setempat.
11. Alat Musik Tambur Terompet (Bi)
Alat musik Tambur Terompet juga merupakan alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Singkatnya, alat musik ini juga dikenal dengan nama “Bi”.
Alat musik Tambur Terompet biasa dibuat dari bahan material kayu, rotan, dan kulit binatang. Kayu yang dipilih adalah jenis kayu lai atau sejenis kurma hutan. Dan kulit binatang yang dipilih adalah kulit rusa.
Cara memainkan Tambur Terompet yakni dengan cara ditiup. Alat musik ini biasa dimainkan sebagai instrumen upacara adat masyarakat NTT. Selain itu, Tambur Terompet juga dimainkan untuk mengiringi kesenian daerah berupa tari Lego-lego.
Dahulu, Tambur Terompet kali pertama ditemukan oleh seorang penyair bernama Agustinus. Alat musik aslinya masih disimpan oleh suku bangsa Alalu, Desa Aramba, Kecamatan Pantar Tengah, Nusa Tenggara Timur.
12. Alat Musik Kediding (Adiding)
Kediding merupakan salah satu alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Kediding atau juga dikenal dengan sebutan Adiding.
Alat musik Kediding tergolong ke dalam alat musik petik yang dibuat dari bambu. Pada bagian kiri dan kanan lubang resonansi yang dilengkapi dengan masing-masing 3 senar.
Alat musik Kediding cukup terkenal di kalangan masyarakat Kabupaten Alor. Biasanya dimainkan oleh para petani ladang pada saat menjaga ladang di malam hari sebagai bentuk hiburan dari gelap dan sepinya malam.
13. Alat Musik Edang (Harabili)
Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur berikutnya adalah alat musik Edang. Alat musik Edang juga dikenal dengan Ti atau Harabili.
Alat musik Edang merupakan alat musik khas Kabupaten Alor, alat musik jenis harpa mulut. Alat musik jenis ini dibuat dari bahan bambu tipis yang bagian tengah belahannya terdapat semacam lidah sebagai sumber bunyi.
Pada pangkal lidah Edang dipasang sebuah tali yang berperan untuk menggetarkan bagian lidah yang ketika ditarik ke arah kanan.
Sama seperti beberapa alat musik sebelumnya, alat musik Edang kerap dimainkan oleh para petani sebagai media hiburan di kala senggang saat kesibukan di sawah.
14. Alat Musik Gong Waning
Gong Waning juga merupakan alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Alat musik Gong Waning tergolong jenis gong yang biasa dimainkan oleh masyarakat Sikka atau Krowe, Nusa Tenggara Timur.
Cara memainkan Gong Waning ini adalah dengan cara ditabuh sebagaimana seperti alat musik Gong pada umumnya. Dan alat musik Gong Waning ini biasa dimainkan dalam berbagai upacara adat, resepsi, pesta, dan upacara kematian untuk mengiringi tarian daerah.
Dalam permainannya, Gong Waning secara keseluruhan berjumlah 9 orang pemain, jumlah pemain ini menyesuaikan dengan jumlah perangkat yang ada dalam kesenian musik Gong Waning.
Perangkat kesenian Gong Waning dibedakan menjadi beberapa instrumen, yakni Waning, Dodor, gong ina wa’a, gong ina depo, gong lepe, gong higo-hagong, gong udong, dan peli anak. Berikut adalah beberapa perangkat Gong Waning.
Waning
Waning adalah gendang besar yang dibuat dari bahan material batang pohon kelapa, kemudian ditutup dengan lapisan membran kulit sapi atau kambing yang sudah dikeringkan.
Dodor
Alat musik Dodor merupakan gendang kecil seperti Waning hanya saja memiliki ukuran yang lebih kecil dan Dodor menghasilkan bunyi tenor.
4 Macam Gong
Empat macam Gong tersebut diantaranya adalah gong ina wa’a, gong ina depo, gong lepe, gong higo-hagong, dan gong udong.
Keempat perangkat Gong ini diklasifikasikan secara urut berdasarkan ukuran yang paling besar dengan ukuran yang paling kecil. Gong Higo-Hagong merupakan dua jenis instrumen gong yang berbeda, hanya saja dimainkan dalam satu set.
Peli Anak (Sa’ur)
Instrumen Peli Anak atau Sa’ur merupakan alat musik yang dibuat dari sepotong bambu yang biasa dimainkan untuk menjaga stabilitas irama pukulan pada permainan Gong Waning.
15. Alat Musik Nuren
Nuren merupakan salah satu alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur. Alat musik jenis ini cukup populer di daerah Solor Barat, Nusa Tenggara Timur.
Alat musik Nuren lebih dikenal dengan sebutan Sason atau Sason Nuren oleh masyarakat Sikka Timur. Alat musik Sason Nuren sendiri merupakan wujud dua buah suling yang hanya dimainkan oleh seorang pemain.
Alat musik tradisional Nuren ini biasa dimainkan sebagai media hiburan semata. Istilah alat musik Sason Nuren merujuk pada seorang tokoh legendaris yang berasal dari Solor Barat yang bernama Edoreo. Sosok Edoreo ini diyakini masyarakat setempat sebagai sosok yang memiliki dua kepala, dua mulut, dan dua kepribadian sekaligus.
Penutup Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur
Demikian penjelasan mengenai alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang berhasil Romadecade tulis buat kamu.
Semoga dengan mempelajari alat musik daerah ini semakin menambah wawasan dan rasa cinta kita terhadap budaya bangsa dan terlebih lagi bangga terhadap bangsa kita sendiri, bangsa Indonesia.
Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur
sumber referensi:
@https://tambahpinter.com/alat-musik-nusa-tenggara-timur/
@https://gasbanter.com/alat-musik-tradisional-ntt/