Kerajaan Gowa Tallo – Artikel kali ini kita akan belajar tentang Kerajaan Gowa-Tallo atau juga dikenal dengan sebutan Kesultanan Makassar. Kerajaan yang penuh dengan cerita sejarah dan menyisakan peninggalan bagi nusantara.
Pembahasannya dimulai dari sejarah berdirinya, masa sebelum datangnya Islam, kemudian berubah menjadi kesultanan sebab memeluk Islam.
Hingga pada akhirnya kesultanan ini runtuh sebab datangnya bangsa Koloni Belanda. Daripada bingung, yuk segera baca pembahasan selengkapnya di bawah ini:
Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Makassar atau dikenal pula dengan sebutan Kerajaan Gowa-Tallo, Di mana letak Kerajaan gowa tallo? merupakan kerajaan yang berada di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Gowa.
Kerajaan Gowa-Tallo merupakan gabungan dari dua kerajaan, yakni Kerajaan Gowa dan Tallo pada 1565 M.
-
Asal Nama Gowa Tallo
Kerajaan Gowa-Tallo atau juga dikenal dengan kerajaan Makassar karena mayoritas masyarakatnya bersuku Makassar. Nama Gowa merupakan bahasa Makassar, sedangkan nama Tallo diambil dari sebuah sungai yang bernama Tallo.
-
Pusat dan Wilayah Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa berpusat di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya di jazirah selatan dan pesisir barat semenanjung. Wilayah inti dari kerajaan ini sekarang disebut dengan Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya.
Raja-raja Kerajaan Gowa Tallo
Siapa raja kerajaan gowa tallo? Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memimpin kerajaan Gowa-Tallo sejak masa sebelum bercorak Islam hingga berubah menjadi Kesultanan Islam di nusantara:
- Tumanurung Bainea (1300)
- Tumassalangga Barayang
- I Puang Loe Lembang
- I Tuniata Banri
- Karampang ri Gowa
- Tunatangka’/Tunarangka’ Lopi (±1400)
- Batara Gowa Tuniawanga ri Parallakkenna
- I Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
- I Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumapa’risi’ Kallonna (awal abad ke-16-1546)
- I Manriwagau’ Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng (1546-1565)
- I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta
- I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo’ (1565-1590)
- I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tunipasulu’ (1593)
- I Mangnga’rangi Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna; Berkuasa mulai tahun 1593 – wafat tanggal 15 Juni 1639, merupakan penguasa Kesultanan Gowa pertama yang memeluk agama Islam
- I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Sultan Malikussaid/Muhammad Said Tuminanga ri Papang Batunna; Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November 1653
- I Mallombasi Daeng Mattawang Muhammad Baqir Karaeng Bonto Mangngape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla’pangkana; Lahir tanggal 12 Januari 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670 , diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.
- I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu’ atau Ri Uwu’ Labbuna; Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681
- I Mappaosong Daeng Mangngewai Sultan Muhammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara; Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
- I Mappadulung Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiung. (1677-1709)
- La Pareppa Tosappewalie Karaeng Ana’ Moncong Sultan Ismail Muhtajuddin Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
- I Mappau’rangi Karaeng Boddia Sultan Sirajuddin Tuminanga ri Pasi
- I Manrabbia Sultan Najamuddin
- I Mappaurangi Karaeng Boddia Sultan Sirajuddin Tuminanga ri Pasi; Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun 1735
- I Mallawagau Sultan Abdul Chair Al Manshur (1735-1742)
- I Mappaba’basa’ Sultan Abdul Quddus (1742-1753)
- Amas Madina Sultan Usman Fakhruddin Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
- I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Sultan Imaduddin Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
- I Temassongeng I Makkaraeng Karaeng Katangka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattoanging (1770-1778)
- I Mannawarri I Sumaele Karaeng Bontolangkasa Karaeng Mangasa Sultan Abdul Hadi Tuminanga ri Lambusu’na atau ri Sambungjawa (1778-1810)
- I Mappatunru’ I Manginnyarrang Karaeng Lembangparang Sultan Abdul Rauf Tuminanga ri Katangka (1816-1825)
- I La Oddanriu’ Daeng Mangngeppe Karaeng Katangka Sultan Abdul Rahman Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
- I Kumala Daeng Parani Karaeng Lembangparang Sultan Abdul Kadir Muhammad Aidid Tuminanga ri Kakoasanna (1826 – wafat 30 Januari 1893)
- I Malingkaang Daeng Nyonri’ Karaeng Katangka Sultan Muhammad Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893 – wafat 18 Mei 1895)
- I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminanga ri Bundu’na atau Somba Ilanga ri Lampanna; Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895 – 1906, di Mahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895.
- I Mangngimangi Daeng Matutu Karaeng Bontonompo Sultan Muhammad Thahir Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936 – 1946)
- Andi Idjo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aiduddin Tuminanga ri Jongaya (1956 – 1978)
- Andi Maddusila Patta Nyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II (2011-2020)
- Andi Kumala Andi Idjo (‘’ I Kumala Idjo Daeng Sila Karaeng Lembang Parang Batara Gowa III’’ ) (2020-Sekarang)
-
Kehidupan Sosial Kerajaan Gowa Tallo
Kehidupan sosial masyarakat Gowa sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Dan masyarakat Gowa sangat percaya dan taat terhadap norma-norma tersebut.
Dalam kehidupan masyarakat Gowa juga mengenal lapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang terdiri dari golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan Anakarung atau Karaeng, sedangkan rakyat biasa kebanyakan disebut to Maradeka dan masyarakat lapisan bawah disebut dengan golongan Ata.
Di segi kebudayaan, masyarakat Gowa banyak menghasilkan benda budaya di bidang pelayaran, seperti kapal. Kapal yang banyak dibuat masyarakat Gowa adalah jenis kapal Pinisi dan Lombo. Bahkan kapal ini sangat terkenal sampai ke mancanegara.
-
Perekonomian Kerajaan Gowa Tallo
Sebagai kerajaan maritim, maka sebagian besar masyarakat Gowa adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Sejarah Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa-Tallo mengalami banyak perjalanan sejarah yang berliku. Mulai dari pra masa Islam, kemudian berganti menjadi Kesultanan Islam, hingga mengalami kejayaan, dan pada akhirnya mengalami kemunduran akibat adanya serangan VOC Belanda. Untuk mengetahui uraian lengkapnya, mari simak penjelasan berikut ini:
-
Pra Masa Islam
Kerajaan Gowa sudah dikenal sejak tahun 1320, yaitu sejak era pemerintahan penguasa Gowa pertama yang bernama Tumanurung Bainea. pembentukan negeri Gowa terjadi pada sekitar tahun 1300 Masehi, hal ini didapatkan dari bukti genealogis dan arkeologis.
-
Perang saudara
pada akhir abad ke-15, dua putra “Sombaya ri Gowa” atau Raja di Kerajaan Gowa yang ke-6 perang merebutkan tahta kerajaan. Dalam peperangan ini Batara Gowa Tuniawanga ri Parallakkenna mengalahkan saudaranya Karaeng Loe ri Sero’.
Dan Karaeng Loe ri Sero’ kemudian menuju ke muara Sungai Tallo dan mendirikan kerajaan baru yang dinamakan dengan Kerajaan Tallo. Selama beberapa tahun kedua kerajaan ini tidak pernah akur.
-
Bersatunya Gowa dan Tallo
Pada 1565, kedua kerajaan kembali bersatu dengan kesepakatan “dua raja tetapi satu rakyat”. Mereka membagi kekuasaan dengan raja dipilih dari garis keturunan Gowa, dan perdana menteri dari garis keturunan Tallo.
-
Pada Masa Islam
Seiring berkembangnya peradaban Gowa-Tallo, kerajaan ini menjadi pusat perdagangan di wilayah nusantara bagian timur, para saudagar muslim mulai berdatangan dan berdagang ke wilayah ini.
Hingga pada akhir abad ke-16, Kerajaan Gowa-Tallo memasuki masa Islam dan berganti menjadi Kesultanan Gowa-Tallo.
Raja Gowa-Tallo yang pertama memeluk agama Islam adalah I Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639) dengan mendapatkan gelar Sultan Alauddin I.
Pada 1666, VOC hendak menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi, tapi tidak dengan Kesultanan Gowa.
-
Berdirinya Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan ini diperkirakan telah berdiri sejak abad ke-14, kerajaan Gowa-Tallo ini pertama kali dipimpin oleh raja Tumanurung Bainea.
Para ahli mengaitkan kemunculan Kerajaan Gowa dan negeri-negeri di Sulawesi Selatan lainnya dengan intensifikasi pertanian dan pemusatan pemerintahan besar-besaran pada abad ke-14, yang dipicu oleh naiknya permintaan luar bagi beras Sulawesi Selatan.
-
Masa kejayaan Kerajaan Gowa Tallo
Masa kejayaan dicapai pada abad ke-17, ketika kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan berkembang di sektor pemerintahan, ekonomi, militer, dan sosial budaya. Pada saat ini Kesultanan Gowa Tallo dalam kepemimpinan Sultan Hasanuddin, atau dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Sultan Hasanuddin merupakan sosok raja yang menentang keberadaan asing di Nusantara, hingga beliau terjun melakukan perlawanan terhadap VOC Belanda. Sebab dedikasinya itulah, beliau juga diangkat sebagai pahlawan nasional.
-
Kemunduran Kerajaan Gowa Tallo
Akibat sikap menentang Kerajaan Gowa terhadap kedudukan VOC di nusantara, Belanda terdesak dan melakukan politik adu domba. Belanda mengadu domba Kerajaan Bone dengan Kerajaan Gowa-Tallo.
Pada saat itu, Raja Bone yaitu Aru Palaka terpengaruh VOC dan kemudian bersekutu untuk menyerang Makassar.Peperangan antara Kerajaan Bone (dibantu VOC) dengan Kerajaan Gowa-Tallo inilah yang kemudian disebut sebagai Perang Makassar.
Setelah peperangan ini berjalan bertahun-tahun, Sultan Hasanuddin harus mengakui kekalahannya dan terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667 M, yang banyak kerugian harus diterima Makassar.
Setelah Perjanjian Bongaya disepakati, akhirnya Sultan Hasanuddin harus turun dari singgasana dan menyerahkan kekuasaan kepada Sultan Amir Hamzah, yang kemudian menjadi awal keruntuhan Kesultanan Gowa Tallo.
Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo
Kesultanan Gowa menyisakan beberapa peninggalan sebagai bukti sejarah bahwa keberadaannya pernah mengisi perjalanan sejarah sebelum berdirinya Republik Indonesia. Berikut adalah situs bersejarah sisa peninggalan Gowa:
-
Istana Balla Lompoa
Istana Balla Lompoa terletak di kec. Somba Opu, Kab. Gowa tepatnya di desa Sungguminasa. Istana ini didirikan oleh raja ke-3, yakni I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonionompo, Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin Tumenangari Sungguminasa.
Setelah dilakukan renovasi, pos-pos istana sekarang berjumlah 54, dan mungkin akan ditambah di masa mendatang. Istana ini memiliki 6 jendela di sisi kiri dan 4 jendela di bagian depan. Bangunan ini saat ini difungsikan sebagai museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah dari kerajaan Gowa Tallo.
-
Istana Tamalate
Istana Tamalate adalah istana pertama Kerajaan Gowa sebelum kota raja dipindahkan ke dalam Benteng Somba Opu. Istana ini berada di samping Museum Balla Lompoa.
Istana dikatakan sebagai yang pertama dan dibangun oleh pendiri dinasti, nimfa surgawi Tumanurunga, Ia menikahi Karaeng Bayo di sebuah bukit bernama Taka Bassia (dinamai Tamalate).
Dulu pada masa Kerajaan Gowa, Tamalate merupakan pusat administrasi kerajaan sebelum beralih ke Somba Opu pada masa pemerintahan Raja Gowa XIII, Pakere Tau Tunijallo ri Passukki. Bangunan ini digunakan untuk fungsi resmi kabupaten dan sebagai tempat pertemuan.
-
Masjid Jongaya (Babul Firdaus)
Selain masjid Katangka beserta kompleks pemakamannya, dibangun pula situ bersejarah berupa masjid yang diberi nama masjid Jongaya pada masa Kerajaan Gowa-Tallo.
Masjid Jongayya atau juga dikenal dengan sebutan Babul Firdaus. Masjid ini dibangun oleh raja ke-34, Imakkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang Sultan Husain Tumenanga ri Bundu’na.
Dibangunnya masjid ini tepat di hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. sekitar tahun 1314 H.
Masjid yang dibangun di pusat kerajaan ini, dahulu digunakan sebagai tempat pertemuan para raja untuk mengatur strategi untuk memerangi pendudukan Belanda serta tempat untuk belajar Islam.
-
Masjid Jami’ Nurul Mu’minin
Masjid Jami ‘Nurul Mu’minin merupakan salah satu masjid peninggalan kerajaan Gowa Tallo, yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar.
Menurut perkiraan masjid ini dibangun sekitar 1.700 tahun yang lalu. Dikatakan bahwa masjid ini didirikan oleh salah satu pengrajin Gowa bernama Andi Cincing Karaeng Talengkese.
Tujuan dibangunnya masjid ini adalah untuk membantu orang-orang yang merasa kesulitan untuk pergi ke tempat shalat yang cukup jauh, yaitu masjid Jongayya.
-
Masjid Katangka
Masjid Katangka atau juga dikenal sebagai Masjid Al-Hilal merupakan salah satu masjid tertua di Sulawesi selatan.
Masjid ini diberi nama Katangka karena terletak di Kel. Katangka, kec. Somba Opu, kab. Selain Gowa, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa masjid tersebut bernama Katangka karena bahan dasar untuk pembuatan masjid ini berasal dari pohon Katangka.
Masjid ini yang memiliki kubah, memiliki atap dua lapis yang terlihat seperti bangunan Joglo. Masjid ini juga memiliki 4 tiang penyangga berbentuk bulat dan berukuran besar di tengah masjid. Terdapat 6 jendela dan 5 pintu di bangunan ini.
-
Benteng Somba Opu
Benteng Somba Opu ini terletak di Jalan Daeng Tata, kel. Benteng Somba Opu, kec. Barombong, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan. Benteng ini dahulu didirikan pada abad ke-16, oleh Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi ‘Kallonna yang merupakan raja ke-9 Gowa.
Pada zamannya, tempat ini dulunya merupakan pusat perdagangan pelabuhan dan rempah-rempah, yang diperdagangkan untuk para pedagang dari Asia dan Eropa. Namun pada tahun 1969, tempat ini berhasil ditaklukkan oleh VOC dan dihancurkan hingga tenggelam oleh ombak.
Pada 1980-an, benteng itu ditemukan kembali oleh para ilmuwan yang datang ke situs tersebut dan kemudian dibangun kembali pada 1990-an.
Saat ini, benteng Somba Opu ini dijadikan tempat wisata bersejarah, karena terdapat rumah-rumah tradisional. Benteng ini difungsikan sebagai museum yang berisi benda-benda bersejarah dari kerajaan ini. Tidak kalah menariknya, di sana juga ditemukan sebuah meriam dengan panjang 9 meter dan berat kisaran 9.500 kilogram.
-
Benteng Fort Rotterdam
Benteng Fort Rotterdam atau juga dikenal sebagai Benteng Ujung Pandang merupakan salah satu bangunan benteng yang berasal dari peninggalan kerajaan Gowa Tallo, yang terletak di pantai barat kota Makassar, selatan Sulawesi.
Benteng ini pertama kali didirikan oleh Raja ke-9 Gowa, Raja Manringau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi ‘Kallona, pada tahun 1545 M.
Pada awal pembangunannya, benteng ini dibangun dengan bahan dasar tanah liat, kemudian di bawah pemerintahan raja ke-14, Sultan Alauddin, dilakukan renovasi atau perbaikan bangunan benteng menggunakan bahan dasar padas dari pegunungan karst yang terletak di Maros.
Penutup
Perjalanan Kesultanan Makassar telah kita pelajari bersama. Betapa pelajaran yang sangat penting adalah menjaga persatuan dan kesatuan. Mengapa?
Karena ketika kita tidak bersatu, maka akan dengan mudah diadu domba oleh pihak lainnya, seperti datangnya koloni Belanda yang datang mengadu domba bangsa kita dahulu.
Kira-kira pelajaran apa yang kamu petik dari sejarah kerajaan Islam di Indonesia kali ini? Yuk ceritakan dan tulis di kolom komentar ya. Semangat.
Kerajaan Gowa Talo
Sumber Refrensi:
@https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa#Sejarah_awal
@https://tirto.id/sejarah-awal-kerajaan-gowa-tallo-pra-islam-daftar-raja-raja-f9r8
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/27/155418879/sejarah-awal-kerajaan-gowa-tallo
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/21/163617279/kerajaan-gowa-tallo-letak-kehidupan-peninggalan-dan-keruntuhan