Kerajaan Kahuripan – Artikel kali ini membahas tentang Kerajaan Kahuripan. Pembahasan ini menceritakan bagaimana tentang perjalanan sejarah. Selain itu, Diceritakan pula apa saja peninggalan Kerajaan Kahuripan yang bahkan masih berfungsi dengan baik hingga kini.
Apa saja peninggalan Kahuripan? dan bagaimana kisah sejarah selengkapnya? Siapa raja kerajaan Kahuripan? Di mana letak Kerajaan Kahuripan? Semuanya terjawab pada keterangan di bawah ini:
Kerajaan Kahuripan
Kerajaan Kahuripan merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berlokasi di Jawa Timur. Ibukota kerajaan berada di Kahuripan, dekat lembah Gunung Penanggungan, sekitar Sidoarjo.
Kahuripan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur (Kerajaan Medang). Kerajaan Medang runtuh diperkirakan pada tahun 1006 M.
Dan berdirinya Kahuripan merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Kediri di Daha dan Kerajaan Majapahit di Mojokerto.
Sejarah Kerajaan Kahuripan
Berikut adalah pembahasan tentang sejarah Kerajaan Kahuripan, mulai dari sejarah berdirinya hingga perjalanannya mencapai puncak kejayaan. Selain itu, Kahuripan juga menyisakan jejak peninggalan. Selengkapnya ada di bawah ini:
-
Berdiri Kerajaan Kahuripan
Pada abad ke-10, Mataram Kuno berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Perpindahan ini dilakukan oleh raja Mataram, Mpu Sindok atau Rakai Hino Sri Isana (929-947 M).
Beberapa faktor penyebab perpindahan Mataram Kuno ke Jawa Timur adalah karena sering terjadi perebutan kekuasan, akibat peristiwa meletusnya Gunung Merapi, adanya potensi serangan Kerajaan Sriwijaya, untuk membangun perekonomian kerajaan.
Kahuripan didirikan oleh Prabu Airlangga pada abad ke-11, tepatnya pada tahun 1009 M. Prabu Airlangga bukan hanya pendiri kerajaan, melainkan juga satu-satunya raja yang memimpin Kahuripan.
Pada awal berdirinya Kahuripan, wilayahnya hanya meliputi Sidoarjo, Pasuruan, dan sebagian Mojokerto.
-
Puncak Kejayaan Kerajaan Kahuripan
Selain menjadi pendiri Kahuripan, Raja Airlangga juga merupakan satu-satunya pemimpin kekuasaan Kerajaan Kahuripan.
Raja Airlangga juga berhasil membawa Kerajaan Kahuripan masa kemajuan, dapat dilihat dari pesatnya pembangunan bendungan, pelabuhan, dan jalan. Ia juga meringankan beban pajak rakyatnya yang sering terkena musibah.
Melemahnya Kerajaan Sriwijya pada 1025 membuat Airlangga semakin leluasa memperluas dan memperkuat pengaruhnya.
Airlangga menjalani beberapa peperangan, sehingga beberapa kerajaan di berbagai wilayah pun bisa ditaklukkan. Akan tetapi pada 1032 M, Airlangga kehilangan kota Watan Mas karena diserang oleh raja wanita yang kuat, yaitu Dyah Tulodong dari Kerajaan Lodoyong (sekarang wilayah Tulungagung, Jawa Timur).
Di penghujung tahun 1032 M, Dyah Tulodong berhasil dikalahkan lewat pertempuran sengit. Raja Wurawari pun dapat ditaklukkan. Hingga pada saat itu seluruh wilayah Jawa Timur dapat dikuasai.
Kemudian pada tahun 1037, Airlangga membangun istana dan ibu kota baru di Kahuripan (termasuk wilayah Sidoarjo sekarang). Sejak saat itu, kerajaan yang dipimpin Airlangga lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kahuripan.
Kerajaan Kahuripan di bawah pimpinan Airlangga banyak mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat, seperti pembangunan berbagai bangunan, bendungan, pelabuhan, jalan-jalan yang menghubungkan wilayah pesisir dengan ibu kota, dan masih banyak lagi.
Selain itu, Airlangga juga menggemari seni sastra. Ia meminta Mpu Kanwa, pujangga kerajaan, untuk menyusun kitab Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari epik Mahabharata.
-
Kemunduran Kerajaan Kahuripan
Sebelum mengalami kemunduran, Airlangga sempat memindahkan pusat pemerintahan Kahuripan ke Daha, merupakan wilayah Kediri.
Berakhirnya masa pemerintahan Raja Airlangga pada 1042, berakhir pula masa pemerintahan Kahuripan. Sebab, terjadi perebutan kekuasaan, sehingga Airlangga membagi kekuasaan kekuasaannya bagi kedua putranya pada 1045 M.
Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua bagian, bagian barat dan bagian timur. bagian barat diberikan kepada Sri Samarawijaya yang kemudian dibentuk menjadi kerajaan baru bernama Kerajaan Kediri, berpusat di Daha. Sedangkan wilayah bagian timur diberikan kepada Mapanji Garasakan, yaitu Kerajaan Janggala yang berpusat di Kahuripan.
Dan setelah turun tahta, Airlangga memilih menjadi pertapa hingga ia meninggal dunia pada 1049.
-
Kahuripan dalam Sejarah Majapahit
Kerajaan Majapahit yang berdiri pada tahun 1293, kembali memunculkan kerajaan Kahuripan. Raden Wijaya sebagai pendiri kerajaan Majapahit, menjadikan dua kerajaan sebagai bagian bawahan Majapahit. Kedua kerajaan tersebut adalah Kerajaan Kadiri dan Janggala atau Kahuripan. Kadiri di barat, Kahuripan di timur, dan Majapahit sebagai pusat kerajaan.
Beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Bhatara i Kahuripan, atau disingkat Bhre Kahuripan. Yang pertama ialah Tribhuwana Tunggadewi putri Raden Wijaya. Setelah tahun 1319, pemerintahannya dibantu oleh Gajah Mada yang diangkat sebagai patih Kahuripan, karena berjasa menumpas pemberontakan Ra Kuti. Hal ini termuat dalam catatan Pararaton.
Peninggalan Kerajaan Kahuripan
-
Candi Belahan
Candi Belahan atau dikenal juga dengan sebutan Petirtaan Belahan atau Sumber Tetek, merupakan petirtaan bersejarah yang berada di sisi timur Gunung Penanggungan.
Lokasi candi ini di Dusun Belahanjowo, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.
Situs bersejarah ini dibangun pada masa Kerajaan Medang periode Jawa Timur awal. Sehingga usianya mencapai 1 milenium atau setara dengan 10 abad.
Pemandian bersejarah ini berbentuk kolam empat persegi yang mendapat pasokan air dari sungai kecil yang berada di sisi selatan. Dinding sebelah barat dan selatan, tepat di lereng tebing dan dibentuk relung-relung yang diberi jaladwara, tempat air memancar keluar.
Pada dinding sisi barat terdapat dua relung besar yang mengapit satu relung kecil. Dua relung besar terdapat dua arca jaladwara, berwujud Dewi Sri dan Dewi Lakshmi. Dari sepasang payudara arca Lakshmi memancarkan air; inilah yang menyebabkan situs ini disebut sebagai Candi Sumbertetek.
-
Candi Semar Jalatunda
Cagar budaya candi Jalatunda ini tepatnya terletak di bagian utara lereng gunung Penanggungan, desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.
Situs candi bersejarah ini dibangun pada tahun 997 Masehi pada masa pemerintahan seorang Raja beragama Hindu yaitu : Prabu Airlangga.
Situs ini merupakan Petirtaan (tempat bermandi suci) menurut kepercayaan umat Hindu Jawa ini, bangunan candi ini berbentuk kolam-kolam yang indah dengan air yang teramat jernih, mengalir deras dari lubang-lubang saluran air petirtaan.
Salah satu keunikan dari pancuran mata air ini adalah tidak pernah kering, dari sejak pertama situs candi ini didirikan pada tahun 997 Masehi, hingga saat ini kolam-kolam ini masih berisi air.
Bangunan Petirtaan yang berukuran panjang 16.8 m, lebar 13,5 m dan kedalaman sekitar 5,2 m itu, tetaplah sebagai sumber mata air dengan debit air jernih melimpah-ruah tiada habisnya.
-
Prasasti Kamalgyan
Prasasti Kamalagyan terletak di Dusun Klagen, Desa Tropodo, Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.
Prasasti ini terbuat dari bahan lempeng batu andesit besar yang ditegakkan, dengan ukuran lebar 115 cm, tebal 28 cm dan tinggi 215 cm. Selain prasasti utama dengan ukuran besar, terdapat juga batu kecil di sampingnya.
Prasasti itu ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan dalam bahasa Jawa Kuno. Tulisan yang ditemukan dan bisa dibaca sebanyak 23 baris.
Prasasti ini termasuk prasasti yang masih ada di tempatnya (in situ), dimana saat ini dilindungi dengan bangunan joglo berlantai dan beratap.
Situs bersejarah ini menjelaskan tentang pembangunan bendungan di Wringin Sapta yang dilakukan oleh Raja Erlangga bersama rakyatnya. Bendungan tersebut dibangun untuk menanggulangi banjir yang sering menerjang beberapa desa maupun tanah perdikan.
Beberapa desa di daerah hilir yang sering banjir diantaranya, Desa Lusun, Panjuwan, Sijanatyesan, Panjiganting, Talan, Dasapangkah dan dan Desa Pangkaja.
-
Prasasti Pucangan
Prasasti Pucangan merupakan peninggalan Raja Airlangga yang dibuat pada tahun 1042 M atau 963 Saka. Nama Pucangan diambil dari isi prasasti yang menceritakan adanya perintah membangun pertapaan di Pucangan, sekitar Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Prasasti Pucangan ditulis dengan dua bahasa, yakni bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno. Pucangan dibuat untuk menjelaskan tentang peristiwa dan silsilah keluarga kerajaan secara runtut dan berurutan.
Pucangan juga dikenal dengan nama Calcutta Stone, yang saat ini disimpan di Museum India, di Calcutta India. Saat ini, kondisi prasasti ini kurang terawat dan sejarawan Inggris meminta Pemerintahan Indonesia melakukan pendekatan kepada Pemerintahan India untuk memulangkan Prasasti Pucangan dan Prasasti Sanggurah.
-
Prasasti Pamwatan
Pada tahun 1043 M, Raja Airlangga membuat sebuah prasasti yang dinamakan Prasasti Pamwatan. Tepatnya prasasti ini dibuat pada 20 November 1042 M.
Situs bersejarah ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Dari situs ini dapat diperkirakan bahwa ibu kota Kahuripan saat itu di Daha, Kediri.
Pamwatan ditemukan di Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Akan tetapi, pada tahun 2003, prasasti ini hilang dicuri. Sehingga di tempat berdirinya sekarang hanya ada duplikasi dari situs ini.
-
Prasasti Cane
Prasasti Cane Ini merupakan piagam hadiah dari Raja Erlangga kepada kepala kotamadya Cane, yang dibuat di atas lapik berupa padma. Situs bersejarah ini ditulis dalam aksara Jawa dan berangka tahun 943 Saka atau 1021 M.
Diceritakan tentang permohonan penduduk desa Cane agar mereka diberi pegangan prasasti berisi perintah raja yang dibubuhi tanda kerajaan garudamukha.
Cane disebut sebagai prasasti pertama pada masa pemerintahan raja Airlangga, dilihat dari bagian Sambandha-nya atau bagian alasan prasasti tersebut dikeluarkan oleh raja, prasasti Cane masuk pada fase konsolidasi.
Fase dimana pemberian status sima pada Desa Cane disebabkan rasa simpati raja Airlangga kepada penduduk Desa Cane yang berjuang di garis depan dengan menjadikan desanya sebagai benteng pertahanan.
-
Prasasti Baru
Pada tahun 1913, ditemukan Prasasti Baru di Simpang Surabaya dalam bentuk batu andesit, kemudian dipelajari oleh Brandes, tapi tidak diketahui sebelumnya ditemukan di desa apa dan bagaimana bisa sampai ke Surabaya.
Prasasti Baru ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan berangka tahun 956 saka. Diketahui prasasti ini dibangun pada tahun 1030.
Prasasti ini merupakan piagam hadiah dari Raja Erlangga kepada para kepala kotamadya Baru, yang memberinya perlindungan dan kesetiaan kepadanya saat perang dengan Pangeran Mahasin.
-
Prasasti Terep
Prasasti Terep dikeluarkan pada tahun 1032, oleh Raja Airlangga. Prasasti Terep menceritakan bahwa raja telah memberi anugerah kepada Rakai Pangkaja Dyah Tumambong berkat jasanya saat raja menyingkir dari Watan Mas ke Patakan.
Rakai Pangkaja Dyah Tumambong berjasa karena telah berdoa dan melakukan puja kepada Bhatari Durga agar Airlangga memperoleh kemenangan dalam peperangan.
Dia berjanji jika permohonannya terkabul akan mengajukan permohonan pada raja agar Desa Terep, tempat pertapaan yang digunakan untuk berdoa dan pujanya itu dijadikan sima.
Setelah Airlangga mendapat kemenangan, Airlangga kemudian mewujudkan permohonan Dyah Tumambong. Pada namanya disematkan gelar Rakai Halu. Sehingga namanya menjadi Rakai Halu Dyah Tumambong.
-
Kitab Arjunawiwaha
Di bawah pemerintahan Airlangga, seni sastra turut berkembang. Sebab, Airlangga juga menggemari seni sastra. Ia meminta Mpu Kanwa, pujangga kerajaan, untuk menyusun kitab Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari epik Mahabharata.
Karya seni ini menceritakan tokoh Arjuna yang merupakan kekasih para Dewa di Kahyangan. Arjuna mampu menyelamatkan Kahyangan beserta para penghuninya dari ancaman marabahaya. Kemudian relief cerita ini dipahatkan pada dinding Candi Tegowangi, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Penutup
Demikian pembahasan tentang Kerajaan Kahuripan. Meskipun terbilang sebentar, pemerintahan Kahuripan telah banyak diceritakan dan memberikan kelanjutan bagi berdirinya kekuasaan Kerajaan Kediri dan Majapahit selanjutnya.
Dari semua itu menjelaskan bahwa sesingkat apapun usia suatu peradaban akan selalu dikenang, ketika menyisakan pelajaran dan bukti fisik penghargaan.
Hari ini, tugas kita untuk terus menorehkan prestasi dan menghasilkan karya agar dikenang di kemudian hari. Selain itu, kita juga harus terus belajar sejarah perjalanan Indonesia agar kita semakin mengenal dan cinta Indonesia. Nah, untuk itu yuk baca artikel lainnya di Romadecade, baca dan bagikan ke teman-temanmu juga ya…
Kerajaan Kahuripan
Sumber Refrensi:
@https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kahuripan#Kahuripan_dalam_sejarah_Majapahit
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/10/090000679/kerajaan-kahuripan–sejarah-raja-keruntuhan-dan-peninggalan
@https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kahuripan