Kerajaan Sriwijaya – Mengenal sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu nama kerajaan di Indonesia yang sangat populer. Kerajaan yang berdiri di abad ke-7 ini telah memberikan banyak pengaruh kehidupan manusia dengan corak Budha.
Bahkan Sriwijaya telah menjadi salah satu kerajaan terbesar di nusantara. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan berikut ini:
Corak dan Agama Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan pertama Indonesia yang bercorak Buddha. Sriwijaya menjadi pusat pengajaran Buddha Vajrayana. Sriwijaya menarik perhatian para cendekiawan dan agamawan Budha dari negara-negara di Asia, bahkan Sriwijaya pun menjadi rumah dan pusat pembelajaran bagi para Buddhist.
Di sisi lain, kerajaan ini juga banyak memberikan pengaruh di bidang maritim dan menjadi pusat perdagangan. Dan kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India. Dengan berdagang, para raja turut mengembangkan bahasa Melayu di Nusantara.
Letak Kerajaan Sriwijaya
Di mana letak Kerajaan Sriwijaya? Kerajaan Sriwijaya mempunyai pusat kerajaan di tepi Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka atau 683 Masehi.
Akan tetapi, pada tahun 2013, Universitas Indonesia menggelar penelitian arkeologi dan menemukan bahwa pusat awal Sriwijaya mungkin terletak di tepi sungai Batang Hari, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan yang menjadi jejak perjalanan sebelum berdirinya negara Indonesia. Kerajaan ini berdiri hingga mengalami keruntuhan telah mengisi sejarah Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat kita simak penjelasan sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya hingga runtuhnya pada uraian berikut ini:
-
Berdirinya Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya diketahui awal keberadaannya berdasarkan bukti peninggalan prasasti Kedukan Bukit, di mana kerajaan ini berdiri pada abad ke-7. Prasasti ini menyebutkan bahwa kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang yang berasal dari Minanga Tamwan.
Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, bahkan kekuasaannya telah mencapai wilayah kepulauan Asia Tenggara.
-
Penaklukan Kawasan
Sriwijaya telah menaklukkan kawasan Asia Tenggara, kerajaan ini telah berekspansi hingga ke Jawa dan Semenanjung Malaya. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya reruntuhan candi-candi Sriwijaya di negara Thailand dan Kamboja.
Pada abad ke-7, Maharaja Dharmasetu menyerang kota-kota pantai di Indochina. Hal ini dilakukan karena pelabuhan Champa mengalihkan para pedagang dari Sriwijaya.
Awal abad ke-8, Kota Indrapura di tepi sungai Mekong telah di bawah naungan kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Dan Sriwijaya meneruskan kekuasaannya di Kamboja. Hingga akhir abad ke-8 mulai bermunculan kerajaan di Jawa yang berhasil dikuasai Sriwijaya, yakni kerajaan Tarumanegara dan Holing.
-
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang kaya raya, dan memiliki jumlah tentara yang begitu banyak. Kerajaan ini maju di bidang agraris. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan hasil bumi lainnya. Fakta sejarah ini didapatkan dari catatan seorang musafir Arab klasik, Al Masudi, pada tahun 955 M.
Di catatan lainnya, menuliskan bahwa kerajaan Sriwijaya memiliki tanah yang subur dan kekuasaan yang luas hingga ke seberang lautan. Hal ini disimpulkan oleh Abu Zaid Hasan, seorang ahli dari Bangsa Persia.
Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh raja Balaputradewa pada abad ke-8 dan 9.
Pada masa kekuasaan Balaputradewa sampai raja Sri Marawijaya, Sriwijaya mampu menguasai Selat Malaka, dan berhasil memperluas kekuasaannya hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan.
-
Masa Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Memasuki abad ke-11, kerajaan Sriwijaya mengalami masa-masa kemunduran. Kemunduran terjadi diakibatkan beberapa faktor. Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Sriwijaya:
Diserang Cholamandala dari India
Pada tahun 1017 dan 1025, dinasti Cholamandala dari India Selatan menyerang kerajaan Sriwijaya.
Disebutkan pada prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Cholayang dipimpin Rajendra Chola menaklukkan koloni Sriwijaya, yakni wilayah Nikobar dan berhasil menahan raja Sriwijaya, Raja Sanggrama Wijayotunggawarman.
Adanya desakan dari Kerajaan Thailand dan Kerajaan Singasari
Sriwijaya mengalami kelemahan pemerintahan pada abad ke-13, hal ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand di bawah kekuasaan raja Kamheng.
Raja Kamheng berhasil merebut wilayah Sriwijaya di Semenanjung Malaysia, sehingga Selat Malaka lepas kendali dari Sriwijaya.
Banyak raja taklukan yang melepaskan diri
Sriwijaya mulai kehilangan keseimbangan politik dan pemerintahan, sehingga banyak raja-raja tawanan yang berhasil melepaskan diri dari tawanan kerajaan. Hal ini memicu pemberontakan dari raja-raja yang bergabung dan membalas dendam untuk menghancurkan kerajaan Sriwijaya.
Kemunduran di bidang ekonomi dan perdagangan
Akibat adanya perebutan wilayah Selat Malaka, perlahan Sriwijaya mengalami kemunduran. Tidak hanya di bidang pertahanan dan juga keamanan, bahkan hal ini juga mempengaruhi perekonomian dan perdagangan Sriwijaya yang kian hari kian menyusut.
Nama-nama Raja Kerajaan Sriwijaya
Sejak berdiri hingga runtuhnya, kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh banyak raja. Siapa raja kerajaan sriwijaya? Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memimpin kerajaan Sriwijaya:
- Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M)
- Indrawarman (702 M)
- Rudra Wikrama (728-742 M)
- Sangramadhananjaya (775 M)
- Dharanindra/Rakai Panangkaran (778 M)
- Samaragrawira/Rakai Warak (782 M)
- Dharmasetu (790 M)
- Samaratungga/Rakai Garung (792 M)
- Balaputradewa (856 M)
- Sri Udayadityawarman (960 M)
- Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M)
- Hsiae-she (980 M)
- Sri Cudamaniwarmadewa (988 M)M
- alayagiri/Suwarnadwipa (990 M)
- Sri Marawijayottunggawarman (1008 M)
- Sumatrabhumi (1017 M)
- Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 M)
- Sri Dewa (1028 M)
- Dharmawira (1064 M)
- Sri Maharaja (1156 M)
- Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M)
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Selama berdirinya kerajaan Sriwijaya, kerajaan ini meninggalkan beberapa peninggalan sebagai bukti sejarah atas keberadaan dan kehidupan yang pernah berlangsung di kerajaan tersebut. Sriwijaya menyisakan dua macam peninggalan, yaitu berupa prasasti dan candi.
No | Peninggalan Kerajaan Sriwijaya |
1 | Prasasti Kedukan Bukit |
2 | Prasasti Talang Tuo |
3 | Prasasti Telaga Batu |
4 | Prasasti Kota Kapur |
5 | Prasasti Karang Berahi |
6 | Candi Biaro Bahal IIII |
7 | Candi Muara Takus |
Untuk itu di bawah ini disebutkan beberapa peninggalan kerajaan Sriwijaya, yaitu:
-
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit
@id.wikipedia.org
Kedukan Bukit merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di tepi sungai Batang, Kedukan Bukit, Palembang. Prasasti tersebut ditemukan pada 29 November 1920.
Dengan berangka tahun 683 M, dan ditulis dengan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Prasasti ini menceritakan tentang berdirinya Kerajaan Sriwijaya dan raja pendirinya.
Hingga saat ini, prasasti Kedukan Bukit masih terjaga dengan baik. Prasasti Kedukan Bukit ini dapat kita jumpai di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
-
Prasasti Talang Tuo
Talang Tuo merupakan prasasti yang menceritakan tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran Buddha (Mahayana) pada masa Sriwijaya.
Di atas prasasti ini ditulis 14 baris kalimat yang menceritakan tentang pembangunan taman Sriksetra oleh raja Dapunta Hyang Sri Jagayana atau Sri Jayanasa. Pembangunan taman ini dilakukan untuk rakyat kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7.
Prasasti asli Talang Tuo berukuran 50cm x 80cm dan diletakkan di Museum Nasional Jakarta. Bahkan replikanya banyak tersebar di beberapa museum di Kota Palembang.
-
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu merupakan salah kedua prasasti Sriwijaya yang ditemukan di kota Palembang, tepatnya tidak jauh dari kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur II. Diperkirakan dari tulisan prasasti Telaga Batu, prasasti ini ada sejak 686 M.
Prasasti ini ditulis 28 baris tulisan yang menceritakan tentang kutukan bagi siapa saja yang berbuat kejahatan dan melanggar peraturan di tanah Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Telaga Batu saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
-
Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat. Prasasti ini ditemukan oleh J.K Van Der Muelen, pada 1892. Prasasti Kota Kapur ini diperkirakan ada sejak tahun 656 M.
Prasasti ini menceritakan tentang kutukan bagi siapa saja yang berani melanggar titah dari sang Raja Sriwijaya. Pesan lainnya adalah tentang permintaan kepada Dewa untuk menjaga kesatuan dan persatuan Kerajaan Sriwijaya.
Sebelumnya, prasasti Kota Kapur disimpan di Museum Kerajaan Negeri Belanda. Tapi saat ini, prasasti itu telah disimpan di Museum Nasional Jakarta.
-
Prasasti Karang Berahi
Pada tahun 1904, di temukanlah sebuah prasasti Karang Berahi di sebuah desa di Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi. Akibat ditemukannya prasasti ini, desa tersebut dinamakan Desa Karang Berahi.
Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Prasasti ini ditemukan oleh L. Berkhout, kontrolir Belanda, pada 1904.
Prasasti Karang Berahi menceritakan tentang kutukan bagi orang-orang yang berbuat kejahatan dan melanggar peraturan baik kepada raja maupun kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini membuktikan bahwa Jambi merupakan wilayah strategis Sriwijaya, untuk menguasai jalur perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka.
-
Candi Biaro Bahal IIII
Selain meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti, Kerajaan Sriwijaya juga meninggalkan bukti sejarah berupa candi, salah satunya yakni candi Biaro Bahal III. Candi tersebut ditemukan di Padang Lawas, Sumatera Selatan.
-
Candi Muara Takus
Muara Takus merupakan salah satu candi sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Terdapat empat bangunan besar di dalam kompleks Candi Muara Takus, yakni Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligai, dan Palangka.
Candi ini bercorak Buddha, hal ini dibuktikan dengan temuan stupa dan fragmen yang berisi mantra agama Buddha.
Penutup
Setelah kita banyak belajar tentang sejarah Kerajaan Sriwijaya, mulai dari sejarah berdirinya, nama raja-raja yang memimpin kerajaan tersebut, hingga peninggalan sejarah berupa prasasti dan candi.
Tentunya banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dari sejarah ini, salah satunya adalah untuk tetap menjaga kedaulatan dan persatuan negara tercinta kita ini, dan kita juga harus terus menjadikan sejarah sebagai pelajaran agar tidak mengulangi kesalahan yang pernah terjadi.
Kalau kamu apa pelajaran yang didapat? Yuk segera tuliskan pelajaran apa yang kamu dapatkan dari sejarah Kerajaan Sriwijaya ini ya!
Kerajaan Sriwijaya
Sumber Refrensi:
@https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya#Pusat_Sriwijaya
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/30/204231679/kerajaan-sriwijaya-letak-raja-raja-masa-kejayaan-dan-peninggalan
@https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/11/150000779/peninggalan-kerajaan-sriwijaya