Pakaian Adat Sulawesi Tengah – Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi yang berada di pulau Sulawesi. Provinsi ini beribukota di Kota Palu. Di provinsi Sulawesi Tengah terdapat beraneka ragam budaya khas daerah tersebut, salah satunya adalah pakaian adat Sulawesi Tengah.
Nah, pada artikel kali ini kita akan belajar bersama-sama mengenai bagaimana pakaian adat Sulawesi Tengah, ada berapa jenis pakaian dari provinsi beribukota Palu tersebut, serta bagaimana keunikan dari masing-masing pakaian khas tersebut.
Semuanya telah terangkum secara rinci dan lengkap pada artikel ini. Oleh karena itu, yuk segera scroll ke bawah dan simak penjelasan artikel ini sampai tuntas.
Pakaian Adat Sulawesi Tengah
Pakaian adat Sulawesi Tengah adalah pakaian tradisional yang banyak dipakai oleh suatu kelompok etnis yang mendiami provinsi Sulawesi Tengah. Suku-suku yang mendiami provinsi Sulawesi Tengah beberapa diantaranya adalah suku Kaili, suku Mori, suku Toli-toli, dan suku Saluan.
Pakaian-pakaian tersebut merupakan produk budaya dari suku-suku tersebut di atas. Tidak hanya sebagai pakaian tradisional mereka, melainkan juga sebagai identitas dari suku-suku tersebut.
Secara luas, pakaian adat Sulawesi Tengah juga merupakan kebanggaan Indonesia karena bukti sejarah dan warisan dari para leluhur bangsa kita. Serta secara khusus menjadi ciri khas daerah Sulawesi Tengah.
Keunikan Pakaian Adat Sulawesi Tengah
Pakaian adat setiap daerah pasti memiliki ciri khas dan keunikannya tersendiri. Keunikan dari masing-masing pakaian adat tersebut didasarkan pada kondisi alam dan juga kebiasaan adat istiadat suku.
Tidak terkecuali pada pakaian adat Sulawesi Tengah yang memiliki ciri khas dan keunikannya tersendiri. Keunikan pakaian adat tersebut salah satunya adalah pemilihan warna, penggunaan bahan dan cara pembuatan pakaian. Untuk mengetahui apa saja keunikan dari pakaian adat Sulawesi Tengah dapat disimak pada penjelasan berikut ini.
Kegunaan Pakaian yang Beraneka Ragam
Pakaian adat merupakan busana tradisional yang kerap dikenakan oleh suatu kelompok suku. Pakaian adat Sulawesi Tengah sendiri juga sering digunakan suatu kelompok etnis dalam berbagai situasi kondisi.
Adapun kegunaan pakaian adat tersebut meliputi:
Sebagai Busana Tarian Tradisional
Pakaian adat Sulawesi Tengah juga digunakan sebagai busana tarian tradisional khas Sulawesi Tengah. Salah satunya adalah pakaian adat Kaili sebagai busana tarian Pontanu. Tarian tradisional khas Sulawesi Tengah tersebut merupakan tarian untuk menyambut tamu undangan atau tamu kenegaraan yang datang mengunjungi tanah Sulawesi Tengah.
Sebagai Busana Acara Besar
Pakaian adat Sulawesi Tengah juga kerap dikenakan dalam berbagai acara penting, seperti upacara adat suku, upacara perayaan hari besar, perayaan hari kemerdekaan Indonesia, dan hari-hari besar lainnya.
Serta Sebagai Busana Pertunjukkan Baju Adat Daerah
Karena pakaian adat yang khas dan unik, sehingga beberapa acara pertunjukan digelar untuk melestarikan keberadaan pakaian adat dari suatu daerah. Hal ini juga berlaku di provinsi Sulawesi Tengah, beberapa pakaian adat yang dimiliki suku-suku di sana biasa dipamerkan dan dikenakan dalam suatu pertunjukan seni.
Identik dengan Warna Cerah dan Mencolok
Pakaian adat Sulawesi Tengah dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan suku yang mendiami tanah Sulawesi Tengah. Meskipun beraneka ragam pakaian tradisional yang dimiliki provinsi Sulawesi Tengah ini, hampir keseluruhan pakaian adat mereka cenderung berwarna khas dan mencolok.
Salah satu warna yang mendominasi pakaian adat Sulawesi Tengah adalah warna merah dan kuning. Warna ini dipilih agar membuat pakaian tradisional tersebut terkesan mewah dan elegan.
Meskipun begitu, pakaian adat suku-suku di Sulawesi Tengah juga dilengkapi dengan kombinasi warna lainnya sebagai pendukung dan corak khas Sulawesi. Warna lain yang juga tampak pada pakaian adat tersebut seperti warna hitam, putih, hijau, dan ungu.
Bahan dan Proses Pembuatan Pakaian secara Tradisional
Pakaian adat Sulawesi Tengah merupakan pakaian yang dibuat dari bahan alam dan diproses dengan metode tradisional. Hal ini sehingga menjadikan kekhasan dari busana tradisional tersebut.
Dengan bahan dan prosesnya yang masih konvensional, sehingga tidak jarang membuat hasilnya berkualitas terbaik dan pastinya membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan produk busana tersebut.
Beberapa bahan yang digunakan untuk membuat pakaian adat Sulawesi Tengah adalah kulit kayu pohon ivo dan kulit kayu nunu.
Proses pembuatan kain khas Sulawesi dapat dibedakan menjadi beberapa tahapan, yakni pada tahapan pertama kayu pohon tersebut dikuliti dan direbus ke dalam air yang telah mendidih. Tahapan kedua adalah kulit kayu tersebut dibungkus dan disimpan selama 3 hari. Kemudian tahapan selanjutnya adalah mencuci bersih dengan abu dapur untuk menghilangkan getah kayu yang membandel.
Tahapan keempat adalah kayu dipukul dengan alat khusus sampai melebar dan menjadi serat-serat halus. Dan tahapan kelima adalah proses menenun serat-serta kain menjadi satu kesatuan dan membentuk kain dengan motif dan corak khas Sulawesi Tengah.
Kain Donggala Khas Sulawesi Tengah
Salah satu keunikan dari pakaian adat Sulawesi Tengah adalah dikenakannya kain tenun khas Sulawesi Tengah. Kain tenun tradisional tersebut dikenal dengan sebutan kain Donggala atau sarung Donggala.
Sesuai namanya, kain tenun ini dibuat di daerah pesisir kabupaten Donggala. Kabupaten yang menurut sejarahnya adalah kota tua bekas pelabuhan di masa kolonial yang berada di provinsi Sulawesi Tengah.
Kain sarung Donggala atau dalam bahan Kaili disebut dengan Buya Sabe adalah produk kain hasil tenunan para kaum hawa di Sulawesi Tengah. Kegiatan menenun tersebut juga diceritakan oleh sosok Dayang Sumbi di legenda Sangkuriang.
Kain tenun Donggala dihasilkan di berbagai daerah, yang meliputi desa Salubomba, Towale, Watusampu, Tosale, Kolakola, Limboro, Kabonga Kecil, Loli, wani dan daerah lain di wilayah Kabupaten. Donggala, Sulawesi Tengah.
Mulanya, kain tradisional tersebut dahulu hanya dikenakan pada saat upacara adat suku Kaili. Kain khas tersebut dibuat dari bahan sutra alami. Kain ini juga memiliki beragam desain motif khas Sulawesi Tengah.
Beberapa motif khasnya bertema tumbuhan adalah motif buya bomba (motif bunga ), bunga mawar, bunga anyelir, kamboja, motif daun, motif fauna, kombinasi bunga subi dan bomba, palaekat serta bunga subi yang memiliki corak benang emas.
Kain tradisional ini tidak menggunakan motif bergambar bentuk manusia, hal ini karena dianggap tabu oleh masyarakat setempat. Motif yang paling rumit dan paling indah adalah motif buya bomba, sehingga proses pembuatan kain Donggala jenis motif ini membutuhkan waktu selama kurang lebih 2 sampai 4 bulan.
Nama Pakaian Adat Sulawesi Tengah
Pakaian adat Sulawesi Tengah sangat khas dan beraneka ragam jenis. Menurut suku yang mendiami Sulawesi Tengah, pakaian tradisional tersebut dibedakan menjadi empat jenis.
Keempat jenis pakaian adat Sulawesi Tengah diantaranya adalah pakaian adat suku Kaili, pakaian adat suku Toli-toli, pakaian adat suku Mori, dan pakaian adat suku Saluan. Adapun penjelasan lengkap mengenai keempat jenis pakaian khas Sulawesi Tengah dapat disimak di bawah ini.
No | Macam Macam Pakaian Adat Sulawesi Tengah |
1 | Pakaian Adat Suku Kaili |
2 | Pakaian Adat Suku Mori |
3 | Pakaian Adat Suku Toli-Toli |
4 | Pakaian Adat Suku Saluan |
1. Pakaian Adat Suku Kaili
Suku Kaili merupakan suku terbanyak yang mendominasi beberapa daerah di provinsi Sulawesi Tengah. Jumlah dari kelompok etnis ini mencapai 20 %, sehingga menjadikan suku Kaili sebagai suku ikonik dari provinsi Sulawesi Tengah.
Suku Kaili memiliki produk budaya yang khas, yakni pakaian adat suku Kaili. Busana tradisional suku Sulawesi Tengah ini dibedakan menjadi dua jenis, yakni pakaian adat untuk pria dan wanita suku Kaili. Selengkapnya mengenai penjelasan pakaian adat tersebut dapat disimak di bawah ini:
Pakaian Adat Suku Kaili untuk Wanita
Pakaian adat suku Kaili yang diperuntukkan bagi wanita dikenal dengan baju Nggembe. Busana tradisional Nggembe merupakan busana khusus bagi semua usia wanita, mulai dari anak-anak, remaja, maupun wanita dewasa.
Pakaian adat Sulawesi Tengah khas Kaili ini biasa dikenakan ketika sedang menghadiri upacara pesta maupun upacara adat suku Kaili.
Busana tradisional ini memiliki bentuk yang unik, yakni busana ini berbentuk segi empat dengan kerah berbentuk bulat. Pakaian adat Sulawesi Tengah ini tergolong model blus yang longgar dengan lengan panjang sampai ke pinggang.
Busana tradisional khas Sulawesi Tengah ini biasa dipadu padankan dengan sarung tenun Donggala atau dikenal dengan sebutan Buya Sabe Kumbaja. Sarung tradisional ini digunakan dengan cara dijepitkan di bagian pinggang, serta bagian ujungnya dibiarkan saja menyentuh tanah.
Pakaian adat suku Kaili dipercantik dengan aksesoris pendukung, beberapa aksesoris tersebut meliputi:
- Dali Taroe adalah anting panjang khas suku Kaili.
- Gemo adalah kalung beruntai.
- Sampo dada adalah aksesoris penutup dada.
- Pende atau dikenal dengan pending.
- Ponto Date yang berupa gelang panjang.
Pakaian Adat Suku Kaili untuk Pria
Pakaian adat suku Kaili juga diperuntukkan bagi kaum pria. Bagi kaum pria Kaili, mereka bisa mengenakan pakaian tradisional yang dikenal dengan sebutan Koje dan Puruka Pajana.
Koje sendiri merupakan busana atasan yang berupa kemeja dengan lengan panjang dan berkerah tegak. Sementara Puruka Pajana adalah sebutan pakaian adat Sulawesi Tengah yang biasa dikenakan pria untuk menutupi bagian pinggang sampai mata kaki. Busanan Puruka Pajana sendiri berupa celana panjang khas Kaili.
Penampilan para pria Kaili juga dipertegas dengan aksesoris pendukung, berupa sarung khas Sulawesi Tengah dan senjata tradisional keris yang diselipkan di bagian pinggang. Pria Kaili juga mengenakan penutup kepala berupa topi atau menurut suku Kaili dikenal dengan sebutan Siga.
2. Pakaian Adat Suku Mori
Suku Mori adalah suku yang banyak mendiami Sulawesi Tengah, khususnya kabupaten Morowali. Kelompok etnis Mori ini memiliki produk budaya berupa pakaian adat yang dikenal dengan Lambu.
Pakaian Adat Suku Mori untuk Wanita
Baju adat Lambu untuk para wanita Morowali berbentuk seperti blus dengan lengan panjang. Baju tradisional ini identik dengan warna merah. Pakaian adat Sulawesi Tengah biasa dipadu padankan dengan rok panjang atau hawu yang dihiasi motif rantai yang berwarna kuning.
Warna pakaian adat Sulawesi Tengah ini khas dengan warna merah menyalanya. Hal ini semakin membuat pakaian tradisional ini terkesan mewah dan elegan, serta sebagai lambang adanya kekuatan dan keberanian suku Mori. Pemilihan warna merah pada pakaian adat Mori dapat membangkitkan energi yang bersifat kekerasan atau peperangan.
Selain berwarna merah, warna hitam juga kerap menjadi pilihan pakaian adat Sulawesi Tengah tersebut. Hal ini didasarkan pada warna hitam yang merupakan warna yang dapat menyerap adanya energi negatif. Di sisi lain, warna hitam juga memberikan kesan serius, elegan, konvensional , serta konservatif.
Para wanita juga kerap menambahkan aksesoris berupa tusuk konde (Langsonggilo) dan gelungan konde (Pewutu Busoki) untuk hiasan rambut mereka.
Beberapa aksesoris perhiasan lainnya berupa kalung, ikat pinggang, cincin dan anting-anting juga tidak lepas dari penampilan sang wanita Mori. Tak jarang mereka juga mengenakan mahkota untuk hiasan kepala.
Pakaian Adat Suku Mori untuk Pria
Senada dengan pakaian adat Mori wanita, yang diperuntukkan bagi kaum pria juga berbentuk blus dengan warna merah menyala serta dihiasi dengan motif rantai berwarna kuning.
Meskipun hampir sama, namun kedua pakaian adat ini memiliki perbedaan. Perbedaan yang tampak pada keduanya adalah pada bagian bawahan yang dikenakan kaum adat Mori pria dengan kaum adat Mori wanita.
Jika para wanita Mori menggunakan bawahan berupa rok, maka para pria Mori justru menggunakan celana panjang yang juga berwarna merah. Celana panjang khas Mori ini dikenal dengan sebutan Salura.
Meskipun untuk jenis kelamin pria, tidak jarang penampilan mereka juga didukung dengan hiasan aksesoris khas Mori.
3. Pakaian Adat Suku Toli-Toli
Sesuai dengan nama kelompok suku yang mendiami, kabupaten Toli-toli merupakan salah satu daerah di provinsi Sulawesi Tengah. Daerah Toli-toli sendiri memiliki iklim tropis. Maka tidak heran jika suku Toli-toli memiliki pakaian adat yang unik dan disesuaikan dengan kondisi iklimnya.
Pakaian adat Sulawesi Tengah jenis ini dibuat dari bahan material kulit kayu ivo atau sejenis pohon beringin, serta kulit kayu nunu atau pohon beringin. Kulit kayu ivo dipilih dengan kualitas terbaik, sehingga dapat menghasilkan pakaian yang lebih halus dan berkualitas.
Sementara kulit kayu nunu adalah bahan dasar pembuatan pakaian yang biasa dikenakan kegiatan sehari-hari. Proses pembuatan pakaian dengan bahan dasar ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan masih dengan cara yang tradisional.
Karena kondisi iklim tropis, pakaian adat Sulawesi Tengah ini memiliki desain yang disesuaikan dengan cuaca lingkungannya, sehingga membuat masyarakat yang mengenakannya lebih nyaman.
Pakaian Adat Suku Toli-toli untuk Wanita
Pakaian adat Sulawesi Tengah jenis ini juga diperuntukkan bagi kaum wanita. Pakaian wanita Toli-toli juga berupa busan blus atau dikenal dengan sebutan Badu. Busana atasan ini memiliki bagian lengan pendek dengan tambahan hiasan lipatan kecil-kecil.
Lipatan busana tersebut dihiasi dengan manik-manik khas Sulawesi Tengah beserta pita berwarna emas. Blus khas Sulawesi Tengah ini kerap dipadu padankan dengan bawahan berupa celana panjang yang juga berhiaskan pita emas.
Para wanita Toli-toli juga kerap menambahkan ban pinggang yang juga identik dengan warna kuning serta aksesoris sarung yang panjangnya sampai lutut. Tidak lupa pula aksesoris lainnya berupa selendang atau selempang yang disampirkan di bagian bahu wanita Toli-toli.
Wanita Toli-toli juga tidak lupa mengenakan aksesoris perhiasan yang berupa kalung, anting-anting, dan gelang yang terbuat dari manik-manik khas Sulawesi Tengah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk semakin mempercantik penampilan sang wanita suku Toli-toli.
Pakaian Adat Suku Toli-toli untuk Pria
Sementara untuk para kaum pria suku Toli-toli, mereka kerap mengenakan blus dengan lengan panjang. Busana tradisional tersebut memiliki kerah leher yang tegak serta dihiasi dengan pita berwarna emas serta manik-manik berwarna kuning.
Busana blus tersebut dipadu padankan dengan bawahan berupa celana panjang yang dikenal dengan puyuka. Kemudian ditambahkan lilitan sarung khas Sulawesi Tengah di bagian pinggan yang menjuntai sampai ke batas lutut. Motif sarung yang dikenakan pada bagian pinggan ini juga nantinya dikenakan sebagai penutup kepala khas suku Toli-toli.
Pakaian adat Sulawesi Tengah ini biasa dikenakan sebagai busana upacara adat suku Toli-toli. Busana ini juga dihiasi dengan berbagai macam aksesoris khas Sulawesi Tengah. Perhiasan tersebut diantaranya adalah daun enau atau daun kelapa yang dipisahkan dari lidinya. Bagian daun tersebut dianyam dan dibentuk menjadi perhiasan khas Toli-toli.
Masyarakat Toli-toli juga kerap melengkapi penampilan merek dengan hiasan khusus dari kain kulit kayu, hiasan tersebut sebagai dekorasi saat upacara adat suku Toli-toli dilangsungkan.
4. Pakaian Adat Suku Saluan
Suku selanjutnya yang banyak menghuni provinsi Sulawesi Barat adalah suku Saluan. Kelompok etnis ini sangat mudah ditemui jika kita berkunjung ke daerah sekitar Kabupaten Luwuk, Sulawesi Tengah.
Suku Saluan memiliki busana adat khas suku mereka, busana tradisional tersebut dibedakan menjadi dua, yakni busana untuk pria dan busana untuk wanita Saluan.
Berikut adalah penjelasan mengenai pakaian adat Suku Saluan di Sulawesi Tengah:
Pakaian Adat Suku Saluan untuk Wanita
Pakaian adat Sulawesi Tengah untuk para wanita suku Saluan dikenal dengan sebutan Nu’boune dan Rok Manhattan. Pakaian adat tersebut adalah busana tradisional atasan dan bawahan yang dikenakan para wanita Saluan.
Nu’boune sendiri merupakan busana berupa blus panjang yang didesain dengan warna kuning. Pakaian khas Saluan ini akan terlihat indah dengan hiasan motif bintang. Sementara untuk bagian bawahan wanita Saluan, mereka kerap mengenakan rok Manhattan. Rok tradisional Manhattan adalah rok panjang yang melingkar dari pinggang dan menjuntai sampai ke mata kaki wanita suku Saluan.
Pakaian adat suku Saluan untuk para kaum wanita ini dipercantik dengan berbagai aksesoris pendukung. Keberadaan aksesoris ini mampu memaksimalkan daya tarik sang wanita yang mengenakan pakaian adat tersebut. Sedikitnya aksesoris khas Saluan berupa kalung atau kalong, selendang atau saladaeng, anting atau sunting, dan gelang atau potto.
Pakaian Adat Suku Saluan untuk Pria
Sementara pakaian adat suku Saluan untuk para pria dinamakan dengan Nu’moane dan Koja. Kedua bagian pakaian tersebut merupakan perpaduan bagian atasan dan bawahan khas Saluan.
Nu’moane sendiri adalah busana pria yang berupa kemeja biasa. Serta Koja adalah bawahan berupa celana panjang yang cenderung dibuat dengan warna gelap.
Penampilan busana para pria Saluan cenderung sederhana, sehingga kerap ditambahkan aksesoris pendukung seperti topi sungkup nu’ubak dan sarung lipa khas suku Saluan Sulawesi Tengah.
Penutup Pakaian Adat Sulawesi Tengah
Demikian penjelasan lengkap mengenai ragam jenis pakaian adat Sulawesi Tengah yang berhasil Romadecade tulis buat kamu. pakaian adat tersebut memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing.
Bagaimana? Begitu menakjubkan bukan? Yuk kenali budaya bangsa Indonesia yang begitu melimpah ini dengan mengunjungi artikel kebudayaan Indonesia lainnya di website Romadecade.
Pakaian Adat Sulawesi Tengah
sumber referensi:
@https://www.celebes.co/pakaian-adat-sulawesi-tengah
@https://keluyuran.com/pakaian-adat-sulawesi-tengah/
@https://tambahpinter.com/pakaian-adat-sulawesi-tengah/
@https://perpustakaan.id/pakaian-adat/sulawesi-tengah/