Tari Klana Topeng –Bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman terlihat dari jenis kesenian budaya yang terdapat di dalamnya terus berkembang.
Salah satunya adalah tari Klana Topeng, yang merupakan peninggalan Jawa. Sesuai dengan namanya, dalam tarian ini terdapat properti utama yang selalu ada yaitu topeng dari bahan kayu yang berwarna merah.
Asal Tari Klana Topeng
Tarian Klana Topeng dikategorikan sebagai budaya klasik. Beberapa karakteristik utama dari tarian klasik yaitu nampak elegan, berkualitas tinggi, memiliki keindahan yang tinggi dari segi gerakan hingga busana yang dikenakan penarinya.
Tarian ini terbagi menjadi beberapa jenis, yang sesuai dengan tempat asalnya. Di Jawa Tengah tepatnya Yogyakarta, tarian ini lebih dikenal sebagai Klana Alus, sedangkan di Jawa Barat yaitu Cirebon, tarian ini disebut dengan Klana Topeng.
Tarian ini bermula dari kisah mengenai raja yang pemarah bernama Prabu Klana Sewandana. Suatu hari, dirinya jatuh cinta dengan putri Kediri bernama Dewi Candra Kirana.
Adapun tarian ini terbagi menjadi dua bagian. Pada bagian yang pertama yakni baksarai, para penari belum mengenakan topengnya. Selanjutnya di bagian ngedok, penari telah memakai topeng.
Sebelum tariannya dimulai, topeng tersebut disimpan di tempat khusus yang ditutupi dengan kain berwarna merah.
Baca Juga: Tari Klasik
Sejarah Tari Klana Topeng
Tarian ini berkembang dengan pesat di Cirebon. Biasanya tarian ini diiringi lagu Gonjeng, kemudian dilanjutkan Sarung Ilang.
Seiring perkembangannya, tarian ini juga memiliki filosofi sendiri yang terbagi menjadi lima yang kesemuanya adalah tari topeng. Kelimanya sesuai dengan siklus dari kehidupan manusia, yakni seperti berikut:
- Mengandung berbagai gerakan yang relatif lembut, menggambarkan kehidupan dari masa kanak-kanak.
- Lanjutan dari periode tarian Panji. Mewakilkan masa hidup dari manusia yang begitu lincah dan penuh perasaan ingin tahu.
- Menggambarkan siklus kehidupan manusia saat mulai beranjak dewasa. Ditunjukkan dengan rupa yang merona merah, tanda kedewasaan. Gerakannya didominasi korea yang tegas.
- Menampilkan sosok manusia yang semakin matang dan mapan. Gerakan tariannya cenderung dinamis, menunjukkan bahwa individu tersebut telah ada dalam puncak kedewasaannya.
- Tidak menunjukkan siklus kehidupan manusia, namun menunjukkan keragaman sifat buruk yang dimiliki manusia terutama emosi serta amarah membara. Inilah yang ditarikan dalam tarian Klana Topeng.
Pada mulanya, tarian ini hanya dibawakan di depan para raja. Begitu juga Manikam Khatulistiwa yang pernah membawakan tariannya dalam acara bertajuk Musyawarah Agung dari Keraton se-nusantara.
Acara tersebut dihadiri para raja serta sultan di Indonesia, diprakarsai Kanjeng Sultan Sepuh ke XIV asal Kesultanan Cirebon, dilaksanakan di Bandung.
Dalam acara tersebut ditampilkan Topeng Klana serta Rampak Kendang. Keduanya mampu memikat perhatian para raja hingga sultan. Acara ini nyatanya mewujudkan kearifan lokal serta nilai tradisi yang.
Penari bukan saja menari, namun juga berperan menjadi duta seni dan budaya yang mengajarkan filosofi pada berbagai tarian termasuk Klana Topeng.
Di zaman modern, tarian ini masih tetap eksis. Klana Topeng pernah dibawakan oleh enam penari pada Summer Festival Bratislava pada 2016 lalu.
Kemudian juga ditampilkan kembali di Journee Indonesia pada tahun 2017 di Prancis. Hingga sekarang, Klana Topeng memang lebih sering dipertunjukkan di acara umum dibandingkan tarian topeng lainnya.
Baca Juga: Tari Kontemporer
Properti Tari Klana Topeng
Membawakan sebuah tari tradisional belum lengkap jika tidak ada properti yang menyertainya. Dalam Klana Topeng, ada beberapa properti utama yang mendukung jalannya pertunjukan tari yakni seperti berikut:
- Kostum yang dipakai penari dibuat dari bahan berupa beludru yang berwarna merah. Bahan ini nampak indah karena dapat memberikan nuansa seperti bulu halus yang terbang.
- Untuk bagian bawah, penari memakai celana yang biasanya dilapisi juga dengan kain bermotif batik. Motif tersebut ditujukan sebagai promosi untuk mengenalkan kesenian batik sebagai warisan kebudayaan asli.
- Pada penutup kepalanya, penari Klana Topeng mengenakan mahkota yang modelnya relatif sederhana dibandingkan dengan tarian Merak.
- Gelang kulit. Penari mengenakan gelang kulit sebanyak dua di masing-masing tangannya. Sedangkan pada bagian pergelangan kakinya mengenakan gengge, yaitu gelang yang akan berbunyi saat digerakkan sehingga menimbulkan suara yang khas ketika menari.
- Ini merupakan properti utama yang dikenakan oleh penari Klana Topeng adalah topeng kayu berbentuk wajah manusia. Hidungnya mancung, matanya membelalak, mulut terbuka dengan lebar, serta kumis tebal. Warna topeng ini adalah merah sehingga terlihat tegas dan garang.
Pola Lantai Tari Klana Topeng
Setiap tarian menggambarkan karakteristiknya masing-masing, tak terkecuali Klana Topeng. Hal tersebut juga tergambar dari pola lantai yang ditampilkan dalam tariannya.
Pola lantai ini berperan untuk mengarahkan posisi penari ketika membawakan tariannya. Di luar itu, pola lantai juga memiliki filosofinya sendiri.
Dalam tarian Klana Topeng, pola lantainya adalah berbentuk segi empat, lurus, zig-zag, lingkaran, serta angka delapan. Semuanya menampilkan tanda keperkasaan dan kekuatan.
namun tetap diiringi dengan rasa hormat dan cinta kasih terhadap sesama. Selain itu, sebagai manusia juga wajib ingat akan Tuhan yang telah menciptakannya.
Baca Juga: Tari Kreasi
Gerakan Tari Klana Topeng
Gerakan yang terlihat dalam tarian ini cenderung kuat, penuh dengan energi, tegas, agak kasar, namun memiliki ruang gerak cukup luas.
Meski menampakkan nuansa marah, namun tarian ini bukan berarti bermakna negatif. Namun ini menggambarkan keteguhan yang dimiliki manusia dalam mempertahankan atau mencapai sesuatu.
Gerakannya mantap, berenergi, dan sangat leluasa dalam bergerak ke berbagai arah. Wajar, karena tarian ini menunjukkan seorang Rahwana yang merupakan penguasa gagah, kaya, tangguh, ambisius, dan cukup arogan.
Klana Topeng menunjukkan seseorang yang perasaannya sedang marah, gandrung, mabuk, kemudian tertawa keras. Dengan gerakan yang terkesan kuat tersebut, tarian ini disertai dengan iringan gonjing kemudian dilanjutkan sarung ilang.
Diceritakan bahwa Rahwana memiliki cerita yang serupa dengan Panji, untuk itulah tarian nya seringkali disamakan para dalang.
Keunikan Tari Klana Topeng
Tarian yang berasal dari Cirebon ini memiliki berbagai keunikan. Pertama adalah adanya pembagian jenis tari yang sesuai dengan siklus hidup seseorang.
Mulai dari orang tersebut masih anak-anak yang dipenuhi keingintahuan akan dunia, mencoba hal baru, hingga berproses menuju kedewasaan. Semuanya tergambar dengan iringan musik dan model gerakan yang berbeda-beda.
Keunikan berikutnya terletak pada jenis tari yang terakhir dari kelima jenis tarian tersebut yakni Klana Topeng. Hal yang membuatnya unik adalah banyaknya emosi berapi-api yang ditampilkan.
Ditambah lagi dengan topeng berwarna merah dan berwajah gahar yang membuat penonton semakin merasakan aura kuatnya.
Hal ini dapat menimbulkan kesan tersendiri dalam benak penonton. Bagaimana manusia sebenarnya dipenuhi dengan berbagai emosi, tidak hanya yang positif namun juga yang “keras” seperti amukan.
Fungsi Tari Klana Topeng
Tarian Klana Topeng diciptakan dengan tujuan tertentu, sehingga menghasilkan fungsi yang berguna untuk orang banyak.
Dengan begitu, tarian dapat meninggalkan kesan di benak yang melakukan maupun yang menyaksikannya sebagai kesenian peninggalan bersejarah. Beberapa fungsi yang dimiliki oleh Klana Topeng di antaranya:
1. Fungsi Moral
Pesan moral dari tarian ini terasa sangat dekat dengan kehidupan sebagian besar masyarakat. Dimana manusia akan melalui berbagai fase penting dalam hidupnya.
yang masing-masing memiliki tugas perkembangannya. Fase dewasa termasuk bagian yang paling krusial, karena manusia telah terpapar dengan berbagai kerumitan dunia.
Di saat itulah emosi yang dirasakan semakin beragam dan kompleks. Termasuk hawa amarah, ambisi, hingga sifat arogan yang kerap kali muncul dalam benak manusia.
Topeng merah berwajah seram menggambarkan bahwa sifat ini jika tidak dikendalikan bisa bersifat destruktif (merusak). Untuk itulah manusia perlu dibekali dengan kemampuan untuk mengelola emosinya dengan baik.
2. Fungsi Hiburan
Tari Klana Topeng mengandung unsur hiburan yang kuat. Tidak hanya memberikan pesan moral yang baik, tarian ini juga sangat menghibur karena dipenuhi gerakan yang dinamis dan menampakkan nuansa gahar.
Penonton akan takjub dengan bagaimana penari mengeksekusi nuansa merah, bersemangat penuh tenaga, hingga keserakahan.
Dengan tarian yang ekspresif seperti ini, penonton dapat turut terbawa oleh suasana yang ditampilkan sehingga lebih bersemangat. Dengan iringan yang bertempo cepat, dapat meningkatkan adrenalin dan rasa penasaran untuk menyaksikan pertunjukannya sampai selesai.
3. Fungsi Adat
Berikutnya terdapat fungsi adat, dan tarian ini sebelumnya dibawakan sebagai penyambutan para raja hingga sultan ternama di nusantara. Adat ini berlangsung cukup lama hingga semakin berkembang luas dan ditampilkan di berbagai acara yang umum.
4. Fungsi Sosial
Terakhir adalah fungsi sosial. Dalam pertunjukan tari, terdapat peluang bagi masyarakat untuk mengenal budaya baru, memperbanyak relasi, hingga bertukar informasi.
Dari sektor pariwisata, Cirebon juga berpeluang untuk memperkenalkan berbagai daya tarik dari kotanya sehingga bisa menarik lebih banyak wisatawan.
Penutup Artikel Tari Klana Topeng
Demikian pembahasan seputar tari Klana Topeng yang berasal dari Cirebon. Tarian yang dilakukan dengan topeng berwarna merah ini terkesan keras dan penuh amarah.
namun pesan yang diberikannya dapat direnungkan. Dimana manusia sebenarnya memiliki berbagai emosi gelap sehingga perlu belajar untuk mengenal, mengelola, dan melampiaskannya dengan cara yang lebih sehat.